Kalau sudah besar mau jadi apa ? Apa cita-citamu ? Banyak pertanyaan tersebut ditanyakan kepada anak-anak usia sekolah dasar. Jawaban dari anak-anak juga cukup bervariasi. Bertanya hal serupa kepada anak-anak usia sekolah dasar dua puluh atau tiga puluh tahun yang lalu dengan menanyakan hal serupa itu pada anak-anak usia sekolah saat ini tentu saja tidak akan menemukan hal yang umumnya sama. Kecuali jika tidak ada perkembangan atau kemajuan apapun yang dialami oleh negara ini.
[caption caption="Ilustrasi - Sumber: www.polmankab.go.id"][/caption]
Menjadi guru, perawat, tentara atau polisi; menjadi pilot, dokter atau presiden kerap dijumpai dulu. Sekarang siapa yang menduga berbagai profesi yang dulu tidak dikenal menjadi berkembang dan hadir di tengah masyarakat. Visual Effect Artist ? Communication Specialist ? Product Designer ? HR Talent Acquisition ? Masih banyak lagi yang lainnya yang dulu tidak pernah dibayangkan.
Saya sempat mengintip situs web Axa Mandiri yang cukup interaktif dalam hal menjelaskan beberapa kemungkinan profesi yang akan hadir di masa depan. Anak-anak sekarang mungkin belum terbayang dengan hal ini. Namun hal itu bisa saja menjadi sesuatu yang akan berada di depan mata mereka ketika dewasa nanti mereka menghadapi berbagai pilihan untuk meniti karir dan profesi sesuai pilihannya. Space Pilot ? Genetic Hacker ? Space Architect ? Biomechatronics Scientist ? Energy Harvester ? Chief Experience Officer ? Extinction Revivalists ? AI Programmer ? Nah apa pula ya profesi-profesi yang disebut dalam situs web Axa Mandiri itu ?
Sayang sekali saya tidak sempat menghadiri acara Kompasiana Nangkring bersama Axa Mandiri tanggal 29 September 2015 lalu. Tema yang dibahas dalam acara itu yang membuat saya sangat tertarik, kerena membicarakan tentang rencana pendidikan anak. Pentingkah ? Sangat penting, ini tema yang sangat penting, apalagi untuk orang tua pada zaman yang lebih kompleks saat ini. Pendidikan anak saat ini semakin berkembang pesat. Satu hal yang harus disepakati adalah soal-soal nilai moral dan karakter yang universal tetap harus menjadi pegangan. Begitu juga hal-hal yang baik dibawa oleh agama manapun. Yang sudah tidak layak dan pantas adalah memaksakan kehendak orang tua atas pilihan profesi dan karir masa depan anak yang dulu kerap dijumpai. Kamu harus menjadi dokter ! Kamu harus menjadi akuntan ! Pilih mau jadi insinyur sipil atau pertambangan !
Kamu harus menjadi ini atau kamu harus menjadi itu adalah sesuatu yang sudah ketinggalan zaman saat ini. Bukan hanya anak yang dididik, orang tua juga sekarang banyak yang terus mengasah ilmu parenting yang tidak ada sekolahnya tersebut. Itulah yang membawa orang tua zaman sekarang, apalagi yang terus mengasah pengetahuan parenting-nya, akan lebih siap dengan pilihan-pilihan anaknya di masa yang akan datang. Dengan bekal terus belajar, orang tua akan paham betul kalau masing-masing anak itu unik. Ada minat dan bakatnya tersendiri yang harus diobservasi secara terus-menerus. Orang tua yang siap dan dapat menerima keunikan, minat dan bakat anaknya, pada suatu ketika tidak akan terkejut jika sang anak hendak menjadi seorang marine biologist (ahli biologi kelautan), atau menjadi language antropologist, atau profesi-profesi yang pada zaman orang tuanya sering disebut-sebut: ngapain sih belajar ini ? Ngapain sih belajar itu ? Emang kamu mau kerja di mana setelah selesai kuliah ini atau itu ? Sudah deh masuk saja fakultas kedokteran ! Masuk saja fakultas ekonomi, begitu lulus gampang cari kerja! Itu dulu yang mungkin kerap dijumpai pada banyak orang tua. Kalau kini masih juga banyak yang dijumpai seperti itu, maka para orang tua ini sebaiknya terus-menerus belajar supaya tidak ketinggalan zaman.
Bukan berarti juga yang dulu-dulu itu buruk. Bahkan pujangga besar Kahlil Gibran sudah meresepkan dengan indah untuk para orang tua masa kini.
Â
On Children by Kahlil Gibran
Â
Your children are not your children.