Tak ada manusia yg sempurna. Seorang kawan, istri/suami, dan presiden adalah juga manusia, yang tidak bisa sempurna.
Dalam memilih  presiden, pemimpin bangsa, kita harus memilih yg terbaik dari yg baik. Dalam artian, memilih yang kelemahannya atau keburukannya yang lebih sedikit.
Memilih yg karakternya lebih baik, santun. Memilih yg lebih berpengalaman. Memilih yg belum pernah melakukan pelanggaran hukum. Memiliki yg sudah pernah memberikan bukti kerja nyata sebagai seorang presiden. Memilih yg antikorupsi. Memilih yg lebih merakyat dan dekat dengan rakyat.
Jadi, pola pikir dalam memilih itulah yg harus kita cermati : memilih yang terbaik yang artinya yang keburukannya dan kelemahannya yg paling sedikit. Jangan memilih pemimpin yg keburukannya dan kelemahannya yg lebih banyak.
Itulah pula mengapa saya tidak setuju dengan golput. Golput itu sama saja dengan membiarkan calon pemimpin yg lebih banyak keburukan dan kelemahannya yg menang dan berkuasa.
Saya sepakat bahwa orang-orang baik harus ikut bersuara dan memberikan suara buat calon pemimpin yg memiliki lebih banyak kebaikan, kebajikan, prestasi dan rekam jejak yg lebih baik. Agar dalam tujuan berbangsa dan bernegara berdasarkan Konstitusi, UUD 1945, Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, akan terwujud dengan baik. Dan diharapkan, kelak, seluruh Rakyat pun hidup dalam kemakmuran, kedamaian, kesejahteraan.