Mohon tunggu...
Andi Samsu Rijal
Andi Samsu Rijal Mohon Tunggu... Dosen - Peneliti Bahasa dan Budaya

Seorang Ayah; Pencinta Buku

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Suku Kajang yang Selalu Menjunjung Tinggi Kearifan Lokal

19 Desember 2023   23:18 Diperbarui: 20 Desember 2023   00:46 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suku kajang, educationtecnologysmart

Tanah Toa adalah salah satu desa di Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan. Di desa tersebut didiami oleh masyarakat adat atau biasa dikenal dengan Suku Kajang. Suku Kajang sendiri merupakan salah satu suku tertua di Sulawesi Selatan. 

Tidak hanya lantaran sebagai suku tertua sehingga suku tersebut dikenal di mana-mana. Tetapi, masyarakat Suku Kajang telah mempertahankan kearifan lokal. Mereka menjunjung tinggi nilai-nilai yang diajarkan oleh leluhur mereka serta pemimpin yakni Ammatoa.

 Ammatoa adalah sebutan bagi pemimpin adat. Amma dalam bahasa Konjo adalah bapak sementara Toa adalah tua, tetua atau yang dituakan. Ammatoa inilah yang akan mengayomi masyarakat adat di dalam kawasan tanah adat Kajang. Ammatoa tersebut tentu dipilih secara adat. 

Pada dasarnya di tanah adat tersebut terdapat semacam warisan leluhur yang harus dipertahankan oleh masyarakat adat. Tidak hanya tanah , terapi sesuai yang memiliki kesakralan tersendiri yang terpelihara oleh orang adat tersebut.

Lokasi tanah adat suku kajang tersebut berkisar 200 km dari kota Makassar. Bahasa masyarakat yang digunakan adalah bahasa Konjo. Bahasa tersebut adalah bahasa tersendiri dan hampir mirip dengan bahasa Makassar atau dialek Makassar, namun bahasa Konjo lebih dekat dengan Bahasa Bugis yang ada di kabupaten Bulukumba. 

Masyarakat Suku Kajang sangat identik dengan kostum yang serba hitam. Simbol hitam dianggapnya sebagai simbol suci dan sakral. Olehnya itu, semua masyarakat adat di Suku Kajang menggunakan kostum serba hitam, baik lelaki maupun perempuan, baik anak-anak maupun orang dewasa. 

Demikian bagi pengunjung yang ingin melakukan studi atau berwisata di sana, maka mereka harus mengenakan kostum yang serba hitam. Jika tidak membawa, maka di gerbang (memasuki wilayah adat) disediakan kostum untuk pengunjung. 

Tidak hanya kostum, bahwa pengunjung harus melepas alas kaki ketika memasuki wilayah tanah adat Suku Kajang. Hal-hal tersebut masih dianggap primitif tetapi mereka memiliki kepercayaan yang tinggi dan kepercayaan tersebut masih terjaga hingga kini, yakni di zaman modern ini.

Kepercayaan-kepercayaan yang ada dan masih dipertahankan oleh masyarakat suku Kajang bahkan menjadi identitas kebudayaan. Beberapa simbol-simbol lain yang identik dengan masyarakat Adat Kajang antara lain kostum hitam, berjalan tanpa alas kaki, dapur mereka berada di depan, tidak menggunakan listrik, menghargai tanaman khususnya pohon bambu, menghindari pemakaian teknologi, memiliki sistem keteraturan hidup yang baik, menghargai Ammatoa, dan sebagainya. 

Aktivitas masyarakat tersebut, kemudian menjadi sesuatu hal yang luar biasa di masa kehidupan modern ini. Sebab di era modern saat ini, masyarakat serba ada dan hidup dengan berbagai sifat glamour namun terkadang luput atas nilai-nilai keteraturan hidup. Olehnya itu masyarakat suku Kajang, terlebih masyarakat Adat Kajang dalam masih terus

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun