Mohon tunggu...
Andi Rahmadani
Andi Rahmadani Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Perjalanan Berharga dari Rektor Pataba

8 Juli 2018   22:44 Diperbarui: 8 Juli 2018   22:59 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tak mengenal lagi usia, Soesilo Toer tetap mantap berkarya untuk Pataba (Dokumentasi Pribadi)

Saat itu jam tangan menunjukkan waktu pukul 13:30 WIB, hari Sabtu, 17 Februari 2018. Bertempat di Auditorium FBS Universitas Negeri Surabaya. Walaupun meleset hingga satu jam dari rencana awal acara, namun audiens tetap menunggu dengan khidmat sosok yang mereka kagumi. 

Tepat setelah tampilan tari tradisional Banyuwangi menjadi simbol pembukaan acara, pembawa acarapun memberitahukan bahwa acara utama bertajuk Talkshow berjudul "Kacamata Merah Soesilo Toer" akan segera dimulai. 

Audiens pun bertepuk tangan saat bung Soes, panggilan akrab Soesilo Toer menaiki panggung melambaikan tangan. Maka dimulailah acara Talkshow selama kurang lebih dua jam itu dengan tema khusus perjalanan Soesilo Toer sebagai seorang "Rektor". 

Bukan Rektor sang pemimpin universitas itu. Namun "Rektor" merupakan kependekan dari Pengorek Kotor. Beliau dikenal sebagai pengorek kata menjadi sebuah mahakarya.

Soesilo Toer yang mengakui dirinya sebagai pro liberal, seorang individualis, dan seorang nihilis, merupakan adik ke-6 dari sastrawan legendaris Indonesia, Pramoedya Ananta Toer. 

Dibayang-bayangi oleh kesuksesan kakaknya, Soesilo Toer pun bertekad untuk mengalahkan Pram diberbagai bidang. Disaat Pram berkecimpung sebagai seorang pengarang, bung Soes pun merambah ke dunia kepenulisan. 

Bung Soes memulai sedari usia 13 tahun dengan karya pertamanya, sebuah artikel berjudul "Aku ingin jadi Jenderal" dan dipublikasikan di majalah Kunang-kunang. Saat ia baru berusia 15 tahun, bung Soes dipercaya menjabat sebagai kurator di salah satu agensi pers masa itu. Menurutnya, menulis memang ditakdirkan menjadi jalan hidup bagi keluarga Toer, termasuk dirinya. 

Namun, beliau memiliki prinsip yang berbeda dengan si abang Pram diberbagai hal, bukan hanya genre kepenulisan saja yang berbeda, tapi mereka juga memiliki ideologi/ pandangan hidup yang berbeda untuk menjadi bahan acuan kepenulisan mereka. 

Disaat Pram berkutat dengan idealisme Realis Sosialisme-nya. Soes lebih memilih mengangkat idealisme Realisme Sosial di setiap karya yang ia terbitkan. Salah satu karya yang menunjukkan idealisme bung Soes ini adalah artikel berjudul "Nasihat Perkawinan". Karyanya itu bahkan dimuat oleh beberapa majalan terbitan luar negeri.

Bung Soes di masa mudanya berkuliah di 3 tempat sekaligus. Selain mengambil studi ekonomi di UI, beliau menambah jam belajarnya dengan mengikuti kursus perbukuan. 

Tidak puas dengan hal tersebut, bung Soes pun kemudian berkuliah di Akademi Keuangan di Bogor. Karena ketekunannya dalam berkuliah dan berkarya sebagai penulis produktif. Soesilo Toer pun mendapat beasiswa pemerintah untuk melanjutkan studinya ke Uni Sovyet, beliau memilih studi ekonomi politik selama berkuliah di Sovyet. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun