Oleh : Andini Putri Anggraini
Indonesia memiliki beragam kuliner daerah dengan cita rasa yang berbeda-beda. Salah satu hidangan yang menjadi ikon kuliner Jawa Timur adalah Pecel Madiun. Pecel Madiun adalah salah satu kuliner yang sangat kaya akan makna dan sejarah, menjadi simbol kebanggaan dan kekayaan kuliner Indonesia. Hidangan ini tidak hanya sekadar makanan, tetapi juga mencerminkan identitas budaya masyarakat Jawa, khususnya di Kota Madiun, Jawa Timur. Dengan komposisi yang sederhana namun kaya rasa, pecel Madiun telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat setempat.
Setelah saya membaca dari website madiun today ternyata pecel Madiun telah diakui sebagai warisan budaya tak benda. Hal ini dibuktikan dengan sertifikat yang dikeluarkan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, Nadiem Anwar Makarim bernomor 2194/F4/KB.09.06/2022 tertanggal 21 Oktober 2022. Saya merasa bangga karena pecel Madiun telah diakui sebagai warisan budaya tak benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia. Pengakuan ini menunjukkan betapa pentingnya pecel dalam konteks budaya dan identitas bangsa. Dalam acara-acara adat atau perayaan, pecel sering disajikan sebagai simbol kebersamaan dan rasa syukur. Hal ini menunjukkan bahwa pecel bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga memiliki makna yang lebih dalam bagi masyarakat. Salah satu upaya untuk melestarikan kuliner pecel sekaligus memperkenalkan kepada generasi muda dan wisatawan Kota Madiun menggelar Festival Pecel Pincuk.
Menurut website Daksa Budaya Jawa Timur, Pecel adalah makanan khas daerah Mataraman, wilayah bekas kekuasaan Penembahan Senopati dari Mataram Islam dan dulunya merupakan wilayah Mataram Kuno. Pecel sudah dikenal sejak abad ke-9 pada masa kerajaan Mataram Kuno yang bercorak Hindu, seperti yang tercatat dalam Kakawin Ramayana. Suku Tengger, yang dianggap sebagai keturunan kerajaan Majapahit, juga mengenal pecel sebagai hidangan ritual yang disebut pecel brosot, yaitu daging ayam yang disuir dengan sambal dan santan, dipanggang, serta dilumuri asam dan garam. Dalam Babad Tanah Jawi, Istilah "pecel" diperkirakan pertama kali muncul dari kisah Ki Gede Pamanahan. Diceritakan bahwa Ki Gede Pamanahan menjamu Sunan Kalijaga dengan hidangan sayuran rebus. Ketika ditanya tentang nama hidangan tersebut, Ki Gede Pamanahan menjelaskan bahwa itu adalah dedaunan yang direbus dan diperas airnya. Dari sinilah kata "pecel" diartikan sebagai sesuatu yang direbus kemudian diperas airnya. Pada era kemerdekaan, pecel Madiun menjadi populer sebagai santapan pasukan republik, terutama saat peristiwa Madiun 1948 ketika masyarakat mengirim nasi pecel untuk Divisi Siliwangi.
Menurut Mijil.id, nasi pecel dikenal karena variasi sayurannya yang disiram dengan saus kacang, atau yang sering disebut sambal kacang oleh masyarakat Madiun. Bagi mereka yang pertama kali mencoba, penampilan nasi pecel mungkin tampak aneh dan berantakan, dengan campuran sayuran yang terlihat rumit. Namun, ketika semua komponen ini digabungkan, rasanya bisa sangat lezat dan menciptakan kombinasi rasa yang tak terduga antara sayuran dan sambal kacang. Bumbu sambal kacang terbuat dari gula merah, garam, cabai rawit dan cabai merah, daun jeruk purut, kacang tanah sangrai, asam jawa, dan terasi.
Nasi pecel di Madiun biasanya dilengkapi dengan serundeng, yaitu parutan kelapa berbumbu. Selain itu, ada juga kering, yang merupakan tumisan tempe dan tahu dengan bumbu kecap. Meskipun kering menjadi lauk tambahan, ia bukanlah lauk utama. Rempeyek juga menjadi pelengkap penting dalam hidangan ini terbuat dari tepung beras yang dibumbui, rempeyek memiliki tekstur renyah dan sering kali diberi topping seperti kacang tanah, kacang hijau, kedelai, ebi, udang, dan berbagai pilihan lainnya. Kombinasi sambal kacang di atas sayur-sayuran yang ditambah serundeng dan rempeyek menjadikan pecel sebagai resep yang istimewa.
Ciri khas nasi pecel terletak pada cara penyajiannya yang unik. Di Madiun, nasi pecel sering dibungkus dengan daun pisang, memberikan aroma khas yang menambah kenikmatan saat menyantapnya. Ada juga pilihan bungkus daun jati yang lebih mahal karena keberadaannya yang lebih langka. Daun jati memberikan nuansa berbeda saat menikmati nasi pecel. Untuk merayakan keunikan ini, di tengah kota Madiun terdapat patung yang menggambarkan seseorang sedang memincuk nasi pecel sebagai simbol budaya kuliner lokal.
Saya merasa bangga dapat membahas nasi pecel Madiun, bukan sekadar hidangan, melainkan simbol kebanggaan dan kekayaan kuliner Indonesia yang saya cintai. Diakui sebagai warisan budaya tak benda, pecel Madiun mencerminkan nilai-nilai luhur masyarakat Jawa serta kearifan lokal dalam memanfaatkan hasil bumi. Kelezatan dan keunikan cita rasanya terus memikat hati banyak orang, baik di dalam maupun luar negeri, dan saya selalu bersemangat untuk memperkenalkan hidangan ini. Dengan demikian, melestarikan dan mempromosikan pecel Madiun bukan hanya tentang menjaga resep turun-temurun, tetapi juga tentang turut menjaga identitas budaya bangsa dan memperkenalkan kekayaan kuliner Indonesia ke dunia, sebuah tanggung jawab yang saya emban dengan senang hati. Saya berharap, melalui tulisan ini, semakin banyak orang yang terinspirasi untuk mencicipi dan menghargai keajaiban rasa dari nasi pecel Madiun.
DAFTAR PUSTAKA :
Merdeka.com (2020), Pecel Madiun, Kuliner Legendaris yang Tersebar di Berbagai Daerah. Dari https://www.merdeka.com/jatim/pecel-madiun-pecel-paling-legendaris-seantero-negeri.html?page=3 , diakses pada 09 Maret 2025.
Daksabudaya.com, PECEL MADIUN. Dari https://daksabudaya.com/wbtb/pecel-madiun, diakses pada 09 Maret 2025.