Mohon tunggu...
Andi Maulana
Andi Maulana Mohon Tunggu... Kamus Institute / Penulis Opini dan Berita

Lulusan S1 Jurusan Ilmu Hukum Universitas Pamulang Tahun 2023. Berpengalaman dalam penyusunan dokumen hukum, pengembangan organisasi masyarakat, pendidikan, dan advokasi hukum. Memiliki semangat kolaborasi yang tinggi, kemampuan kepemimpinan yang baik serta keterampilan dalam menulis dan membuat konten berita.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dosen Uhamka Dr Heri Solehudin Jadi Narasumber PKM Internasional Sekaligus Perkuat Sinergi di KBRI Jepang

17 September 2025   09:58 Diperbarui: 17 September 2025   09:58 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dosen Uhamka Dr Heri Solehudin Jadi Narasumber PKM Internasional Sekaligus Perkuat Sinergi di KBRI Jepang.

Berdasarkan Negara Asal dan Visa, pada akhir 2024 jumlah penduduk asing asal Tiongkok mencapai 844.600, Vietnam 589.900, Korea Selatan 410.300, Filipina 336.200, dan Indonesia 173.400.

Seiring dengan bertambahnya jumlah diaspora di Jepang, Dr. Heri menilai diaspora Indonesia memiliki potensi besar di Negeri Matahari Terbit itu.

"Diaspora Indonesia di Jepang, khususnya di Tokyo, memiliki potensi besar dalam kontribusi sosial-ekonomi. Banyak yang memiliki keterampilan profesional, semangat kewirausahaan, serta jaringan diaspora yang kuat," kata motivator bidang sosial dan politik ini dalam keterangan yang diterima, Selasa, (09/09/2025)

Menurut Dr. Heri, potensi ini dapat dimanfaatkan untuk memperkuat sektor jasa, industri kreatif, pendidikan bahasa, hingga perdagangan internasional.

Namun demikian, ahli marketing dan entrepreneur ini juga menyampaikan bahwa diaspora Indonesia di Jepang juga menghadapi tiga hambatan utama.

Pertama, dalam hal bahasa. Dia menilai penguasaan bahasa Jepang menjadi prasyarat penting untuk mendapatkan pekerjaan layak, mengakses pendidikan, dan berinteraksi sosial.

"Banyak diaspora mengalami keterbatasan di aspek ini sehingga memperlambat integrasi," jelas Dr. Heri yang juga seorang Tokoh Masyarakat Ciamis dan Keturunan Raja Galuh Panjalu ke-17 ini.

Kedua, tantangan akses layanan digital. Dalam konteks ini, dia menyebut tidak semua diaspora terbiasa menggunakan layanan publik berbasis digital Jepang yang sering hanya tersedia dalam bahasa Jepang.

"Hal ini membatasi akses terhadap layanan kesehatan, administrasi, dan peluang kerja daring," tambah Dr. Heri.

Ketiga, tantangan terkait adaptasi budaya, terutama karena perbedaan nilai dan norma sosial, seperti etos kerja, sistem hierarki, serta gaya komunikasi.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, Dr. Heri menyampaikan empat rekomendasi dan praktis. Pertama, dukungan bahasa dan digital di pusat pelayanan (multibahasa). Kedua, insentif untuk perusahaan yang merekrut dan melatih diaspora. Ketiga, struktur pendanaan kolaboratif: Pemerintah Daerah, Donor dan Swasta. Keempat, Riset lanjutan: studi longitudinal tentang dampak ekonomi program.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun