Berdasarkan Negara Asal dan Visa, pada akhir 2024 jumlah penduduk asing asal Tiongkok mencapai 844.600, Vietnam 589.900, Korea Selatan 410.300, Filipina 336.200, dan Indonesia 173.400.
Seiring dengan bertambahnya jumlah diaspora di Jepang, Dr. Heri menilai diaspora Indonesia memiliki potensi besar di Negeri Matahari Terbit itu.
"Diaspora Indonesia di Jepang, khususnya di Tokyo, memiliki potensi besar dalam kontribusi sosial-ekonomi. Banyak yang memiliki keterampilan profesional, semangat kewirausahaan, serta jaringan diaspora yang kuat," kata motivator bidang sosial dan politik ini dalam keterangan yang diterima, Selasa, (09/09/2025)
Menurut Dr. Heri, potensi ini dapat dimanfaatkan untuk memperkuat sektor jasa, industri kreatif, pendidikan bahasa, hingga perdagangan internasional.
Namun demikian, ahli marketing dan entrepreneur ini juga menyampaikan bahwa diaspora Indonesia di Jepang juga menghadapi tiga hambatan utama.
Pertama, dalam hal bahasa. Dia menilai penguasaan bahasa Jepang menjadi prasyarat penting untuk mendapatkan pekerjaan layak, mengakses pendidikan, dan berinteraksi sosial.
"Banyak diaspora mengalami keterbatasan di aspek ini sehingga memperlambat integrasi," jelas Dr. Heri yang juga seorang Tokoh Masyarakat Ciamis dan Keturunan Raja Galuh Panjalu ke-17 ini.
Kedua, tantangan akses layanan digital. Dalam konteks ini, dia menyebut tidak semua diaspora terbiasa menggunakan layanan publik berbasis digital Jepang yang sering hanya tersedia dalam bahasa Jepang.
"Hal ini membatasi akses terhadap layanan kesehatan, administrasi, dan peluang kerja daring," tambah Dr. Heri.
Ketiga, tantangan terkait adaptasi budaya, terutama karena perbedaan nilai dan norma sosial, seperti etos kerja, sistem hierarki, serta gaya komunikasi.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Dr. Heri menyampaikan empat rekomendasi dan praktis. Pertama, dukungan bahasa dan digital di pusat pelayanan (multibahasa). Kedua, insentif untuk perusahaan yang merekrut dan melatih diaspora. Ketiga, struktur pendanaan kolaboratif: Pemerintah Daerah, Donor dan Swasta. Keempat, Riset lanjutan: studi longitudinal tentang dampak ekonomi program.