Melukis Harapan di Atas Pasir Waktu: KKN-PMM Pulau Saonek Hadirkan Perubahan Nyata untuk Pendidikan, Lingkungan, dan Ekonomi Masyarakat
Raja Ampat -- Pulau Saonek yang terletak di Distrik Waigeo Selatan, Kabupaten Raja Ampat, bukan hanya dikenal sebagai pintu gerbang wisata bahari, tetapi kini juga menjadi saksi lahirnya berbagai inovasi pendidikan, lingkungan, dan ekonomi kreatif. Hal ini berkat pelaksanaan Program Kuliah Kerja Nyata--Program Merdeka Mengabdi (KKN-PMM) bertajuk "Melukis Harapan di Atas Pasir Waktu", yang dipimpin oleh Andi Maryam dari Universitas Muhammadiyah Sorong, bersama dosen anggota Ainun Mardiah (UM Sorong) dan Yuni Riskita Mangopo (Universitas Cenderawasih), serta melibatkan 23 mahasiswa dari berbagai program studi.
Sejak awal, program ini dirancang untuk menjawab persoalan nyata masyarakat, mulai dari metode pembelajaran konvensional di sekolah, persoalan sampah yang menumpuk di pesisir, hingga lemahnya pemasaran produk lokal. Dengan semangat gotong royong, tim KKN-PMM melaksanakan 11 kegiatan utama, di antaranya pelatihan microteaching guru, pembuatan media pembelajaran sederhana, program English Corner, literasi dan numerasi siswa, edukasi lingkungan berbasis 3R, pelatihan literasi digital untuk aparat desa, pembuatan paving block dari plastik, hingga pengembangan souvenir lokal serta optimalisasi pemasaran digital.
Dampak program ini segera terasa. Guru-guru di SDN 01 Saonek kini lebih kreatif menggunakan media ajar kontekstual, siswa semakin termotivasi untuk belajar, bahkan mulai berani menggunakan kosakata bahasa Inggris dalam percakapan sehari-hari. Di sisi lain, masyarakat bersama Karang Taruna berhasil mengolah sampah plastik menjadi paving block dan limbah organik menjadi pupuk kompos yang bermanfaat untuk kebun sayur warga. Tak hanya itu, pemuda desa kini mampu mendesain kemasan produk yang lebih menarik, memproduksi souvenir khas Saonek, dan memperluas jangkauan pemasaran melalui media sosial.
Ketua tim, Andi Maryam, mengungkapkan bahwa ide besar ini lahir dari pengalamannya saat pertama kali berkunjung ke Saonek pada tahun 2024. "Pulau Saonek punya potensi luar biasa, tapi juga menghadapi banyak tantangan. Kesan mendalam dari kunjungan pertama itu membuat saya ingin kembali dengan membawa perubahan. Dari situlah lahir program ini, agar potensi yang ada bisa benar-benar menjadi kekuatan masyarakat," ujarnya.
Meski sempat menghadapi kendala, seperti keterbatasan akses transportasi dan jaringan internet, semangat masyarakat Saonek untuk belajar dan berinovasi membuat program ini berjalan lancar. Dukungan penuh dari pemerintah desa, sekolah, dan Karang Taruna juga menjadi kunci keberhasilan. Lebih dari sekadar transfer ilmu, KKN-PMM ini telah membangun kemandirian masyarakat dalam pendidikan, kepedulian lingkungan, serta ekonomi kreatif berbasis wisata.
Kehadiran KKN-PMM di Pulau Saonek diharapkan menjadi inspirasi bagi desa-desa lain di wilayah pesisir Raja Ampat. Dengan model pengabdian terpadu seperti ini, perguruan tinggi tidak hanya berperan sebagai pusat ilmu, tetapi juga agen perubahan sosial. Saonek kini bukan sekadar "pintu gerbang wisata", melainkan juga simbol lahirnya harapan baru di atas pasir waktu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI