Mohon tunggu...
andi gunawan
andi gunawan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Baikkah Gagdet bagi Anak

25 Januari 2021   01:55 Diperbarui: 25 Januari 2021   02:06 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sudah lama para pelajar menjalankan kegiatan sekolah daring disebabkan covid 19 yang berlangsung lebih dari 10 bulan yang memaksa para pendidik untuk mengubah pola pembelajaran dan mengganti atau merubah metode pembelajaran untuk beradaptasi terhadap situasi saat ini.kegiatan pembelajaran tatap muka pun dilarang untuk meminimalisir penularan covid 19 . Tidak bisa dipungkiri metode pembelajaran ini tidak adanya kendala, banyak yang keberatan pada metode ini sebab baik pihak pengajar ataupun pelajar dan orangtua masih kurang siap beradaptasi untuk keadaan yang sangat tiba-tiba ini.

Gadget sebagai media alternatif pembelajaran via online menjadi sebuah kendala dalam pembelajaran via daring sebab masih banyak para orangtua yang belum sanggup membeli smartphone dan belum juga masalah kebutuhan primer smartphone seperti kuota. Adapun potensi bahaya apabila penggunaan gadget atau smartphone tidak terkendali yang sekarang ini Kian Tengah mengancam masa depan anak-anak kita . Hal ini disebabkan kurangnya literasi digital dari pelajar baik dari orang tua ataupun anak. Penyalahgunaan gadget Bagi kalangan pelajar merupakan keresahan yang paling banyak dikeluhkan oleh orang tua. Candu  akan gadget menjadi keresahan salah satunya terutama bagi anak yang memasuki umur kemasan yang seharusnya mengekspor atau belajar akan lingkungan sekitarnya untuk memenuhi  perkembangan sang anak . Tetapi malah terdiam dan terus meratapi screen smartphone yang menghambat perkembangan anak.

Berdasarkan penelitian Richard Balding, seorang psikolog di Department of Psychology University of Worcester, salah satu gadget yakni ponsel cerdas atau smartphone makin sering digunakan untuk membantu orang tetap bersentuhan dengan berbagai aspek kehidupan mereka. Dan sebenarnya, kecanduan tersebut malah menimbulkan stress. Kecanduan gadget ini berdampak pada kesehatan mata. 

Jika diperhatikan seksama gadget terutama smartphone akan selalu dibawa kemanapun pengguna bepergian walaupun di rumah sekalipun jika di ruang keluarga saat makan bahkan saat sebelum tidur pengguna masih tetap menatap screen smartphone bahkan Kalau berpergian keluar pun Smartphone tidak akan absen pada barang bawaan yang wajib dibawa kalau pun tertinggal di rumah kali pun pasti akan rela kembali untuk membawanya itu salah satu ciri sikap kita bahwa kita sudah tercantum dalam emosional kita akan sangat terganggu jelas barangnya biasanya ada dan tidak luput dari pandangan hilang Tidak tampak.

Beberapa dampak buruk lainnya yang dikhawatirkan terjadi pada anak atau pengguna smartphone yang mengalami ketergantungan gadget.

1. Anak-anak memilih teman yang bersifat Maya daripada nyata

Fenomena ini yang sangat sering membuat cemas para orang tua apabila sang anak tidak memiliki teman sebayanya, dikhawatirkan jika terus-menerus bermain smartphone anak mengalami kemunduran dalam berpikir , mengambil keputusan, dan buruknya berkomunikasi kekurangan dalam pengucapan kata.  Kekurangan itu akan menjadi kekurangan bagi dirinya yang mengakibatkan rasa rendah diri pada saat memasuki jenjang pendidikan formal anak akan memasuki sebuah lingkungan . Masyarakat , anak diharuskan berkomunikasi dengan teman sekolahkan bila tidak akan dicap sebagai penyendiri . Penyendiri sangat rentang terhadap diskriminasi dari temannya bahkan menjadi sasaran empuk menjadi korban pembullyan . Biasanya sangat remaja rentan terhadap yang namanya trauma jika anak mengalami terus-menerus tindak pembullyan tidak bisa dipungkiri anak akan memilih mengurung dirinya di tempat yang dianggapnya aman berkat kecanggihan teknologi masa kini yang melahirkan inovasi-inovasi terhadap gaya hidup bisa lihat seperti media sosial media sosial ini yang akan menjadi sasaran pelampiasan terhadap korban untuk mengobati stresnya yang terus berdatangan yang anggap media sosial itu sebagai program pemindahan kehidupan yang mana kita dapat rekayasa latar belakang membuat karakter baru kayaknya di game itu semua menjadi Domino yang paling dicemaskan oleh orang tua.

2. Melakukan kegiatan yang tidak pantas di media sosial

Orang tua khawatir jika anak melihat hal-hal yang tidak seharusnya ketika mereka berselancar di dunia maya. Ada kemudahan yang didapat pada gadget menjadi jual utama seperti layanan media sosial ataupun mesin pencari Google yang kerap kita andalkan kalau ada manfaat gadget bagi keseharian tapi tak luput dari bahaya yang ditimbulkannya salah satunya dari konten visual yaitu ancaman pornografi ancaman itu sendiri disebabkan penyalahgunaan penggunanya sendiri.

Berkurangnya konsentrasi anak pada pelajaran mengakibatkan kemunduran yang disebabkan dari konten-konten yang tidak senonoh yang berbau pornografi menjadikan isi kepala anak tercemar lebih dari itu saya rasa ingin tahu anak pada apa yang ia tonton mengakibatkan hasrat akan seksual meningkat dan meniru adegan tersebut yang tertanam kuat dalam diri mereka sudah tidak heran kan lagi jika saat ini kita sering menerima kabar bahwa tentang tindak pornoaksi di kalangan siswa SD maupun SMP walaupun pemeran yang masih satu keluarga Adapun mastrubasi seakan menjadi keseharian hidup mereka dan parahnya lagi di bawah kebiasaan itu sampai mereka beranjak dewasa.

3. Anak menjadi temperamental

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun