Mohon tunggu...
Juliandi
Juliandi Mohon Tunggu... Swasta -

Tetap menulis

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Pilpres 2019, Menanti "Rematch" yang Sehat dan Kondusif

26 April 2018   13:46 Diperbarui: 26 April 2018   13:48 638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pilpres 2019, Menanti Rematch Yang Sehat dan Kondusif

Pilpres 2019 tinggal hitungan bulan saja. Namun makin mendekati makin hangat diperbicangkan. Sejumlah warga dan politisi mulai memprediksi persaingan antara Presiden Jokowi vs Prabowo bakal terulang. Mengingat Ketua Umum Gerindra mantap dicalonkan kembali menjadi capres.

Bagi Presiden Jokowi apabila akan terulang kembali persaingannya dengan Prabowo Subianto itu tak jadi soal dan ia sangat menghargai keputusan Partai Gerindra dalam pencalonan kembali Prabowo Subianto menjadi Capres 2019-2024. "Sekali lagi semakin banyak pilihan semakin baik untuk rakyat memiliki alternatif pilihan dalam rangka membangun negara," terang beliau ketika diwawancarai dalam acara Mata Najwa, Rabu (25/04).  

Dengan dicalonkan kembali Prabowo menjadi Capres 2019-2024 menapik isu mengenai tentang kotak kosong sekaligus mengakhiri pendapat mengenai incumbent yang tidak ada lawan. Serta mengakhiri spekulasi tentang poros ketiga. Karena hari ini, dengan tersisa PAN, Demokrat, Gerindra dan PKS, maka tidak memungkinkan terbentuknya poros ke tiga.

Namun kemungkinan adanya alternatif baru selain mereka, tentu banyak juga diharapkan warga Indonesia. Mengingat kita butuh calon pemimpin yang mengerti kebutuhan rakyat, mementingkan rakyat bukan kepentingan partai. Sebagian rakyat mungkin lelah dengan banyaknya politisi partai yang terkena kasus korupsi, sehingga dibutuhkan figur yang benar-benar mementingkan rakyat.

Tak banyak yang kita harapkan sebagai warga biasa. Apabila terulang lagi laga ini. Kita berharap tidak terjadi kampanye hitam yang terjadi seperti pilpres 2014 lalu. Hingga menjadi polemik dan perbincangan sengit di masyarakat bahkan ada sejumlah warga yang bermusuhan lantaran membela jagoannya dalam pilpres 2014 lalu. Hal-hal seperti ini tak perlu terulang, jadilah pemilih yang cerdas dan kritis, tak perlu saling debat dan merasa paling benar. Karena ini politik bisa jadi musuh jadi kawan begitupun sebaliknya, kita bisa cermati sejarah-sejarah yang ada.

Jelang pilpres 2019 nanti diharapkan tidak ada kegaduhan maupun bentrok fisik antar sesama rakyat. Jauh lebih bersahabat, jauh dari black campaign dan kestabilan politik negara terjaga baik. Mempertontonkan permainan politik menghibur, cantik, serta menyenangkan. Bukan politik yang menghalalkan segala cara.(dna)

*Dari Berbagai Sumber

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun