Mohon tunggu...
Anazkia
Anazkia Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger

Fansnya Anuar Zain, suka baca buku, suka baking, acap berkicau pendek di Twitter @anazkia dan kadang di anazkia.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lebih dari 18 Ribu Anak Indonesia di Sabah, Akhirnya Bersekolah

10 April 2013   15:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:25 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau di Indonesia, ada Indonesia Mengajar yang digawangi oleh Pak Anies Baswedan, Indonesia Berkibar oleh  Mas Syafiq Pontoh, Akademi Berbagi yang digagas oleh Ibu Ainun Chomsun maka di Malaysia, ada EUB (Edukasi Untuk Bangsa) yang dipelopori oleh Pak Aulia Badar. Selain yang telah ditulis, masih banyak lagi komunitas-komunitas yang kini banyak bermunculan baik bergerak di bidang sosial, maupun untuk pendidikan di Indonesia. Mereka bukanlah orang-orang yang ingin mengubah bangsa, tapi mereka bergandeng tangan bersama untuk memperbaiki kualitas anak bangsa menjadi lebih baik. Minggu 7 april lalu saya datang ke KBRI untuk menghadiri acara peresmian EUB (Edukasi Untuk Bangsa) EUB, awalnya dipelopori oleh Pak Aulia Badar. Berawal dari kursus gratis komputer dan bahasa inggris yang diselenggarakan akhir tahun 2011 lalu, sampai kini program tersebut masih berjalan. Kalau sebelumnya program tersebut dijalankan di restoran Es Teller 77 bertempat di Pasar Seni, kini kelasnya setiap hari minggu sudah berpindah ke SIK (Sekolah Indonesia Kuala Lumpur) dikarenakan semakin banyak siswa yang bergabung. Dalam pembukaan EUB ini dihadiri oleh duta besar Indonesia di Malaysia Pak Herman Prayitno, wakil kepala perwakilan Pak Mulya Wirana, minister counsellor penerangan Sosial dan Budaya Pak Suryana Sastratradireja, Atase Pendidikan Pak Moh. Rusdi juga atase tenaga kerja, Pak Agus. Selain itu juga dihadiri oleh staff-staff KBRI, teman-teman dari ekspatriat, mahasiswa, teman-teman TKI sendiri yang terlibat langsung mengikuti kelas bahasa inggris dan komputer. Sambutan-sambutan dari pihak EUB dan duta besar sendiri menyambut antusias berdirinya EUB. Duta besar mengharapkan EUB menjadi langkah untuk turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana yang sudah tertera dalam pembukaan UUD 45.  Belajar itu bukan setinggi mana jenjang yang kita jejaki, tapi pada sejauh mana ilmu pengetahuan yang diperolehi dan digunakan. Masih menurut duta besar dalam sambutannya. Selesai sambutan, acara dilanjutkan dengan penyerahan penghragaan untuk siswa terbaik dalam ujian. Setelah itu baru ada diskusi yang dimoderatori langsung oleh Pak Aulia Badar dan dengan narasumber Pak Agus dari atase tenaga kerja, Pak Moh. Rusdi dari atase pendidikan dan Pak Kiky sebagai salah seorang tim pengajar di EUB. Dalam pembentangan yang disampaikan oleh Pak Moh. Rusdi dari atase pendidikan, ada yang sangat menggembirakan saat mengentahuinya. Di Sabah, kini sudah ada sekolah. Beberapa tahun lalu, ketika hadir pada acara bincang-bincang dengan masyarakat Indonesia di Malaysia bersama Pak Da'i Bahtiar beliau mengabarkan kalau sebanyak 30.000 anak-anak Indonesia buta huruf di Sabah karena tidak mengenal sekolah. Kini, mereka sudah mulai bersekolah. Meski data yang tercatat baru sebanyak 18.362 yang bisa mengenyam pendidikan  dari 53.687 yang terdata. Selain sekolah di Sabah juga tercatat sebanyak 151 CLC (Community Learning Center) Untuk mendirikan CLC diperlukan banyak pihak yang terlibat, tak hanya orang Indonesia khususnya, tapi juga orang Malaysia pada umumnya. Karena CLC ini membutuhkan izin dari pemerintah setempat. Sejauh apapun kita berjalan dimulai dari satu langkah, pun semoga demikian adanya dengan EUB. Ini adalah langkah kecil untuk menaikkan taraf pendidikan bagi para TKI khususnya di Malaysia. Tak hanya EUB yang ada tentu saja, ada program kejar pake A, B juga C ada di Kuala Lumpur. Selain itu juga adanya Universitas Terbuka yang kini juga telah membuka cabangnya di Kuala Lumpur. Menurut pak Agus, dengan adanya program-program yang ada, maka pihak ketenagakerjaan akan langsung memilah dan memilih sesuai dengan latar belakang pendidikan TKI kemudian nantinya akan disalurkan sesuai dengan jenjang pendidikan yang telah dienyam ketika di Indonesia. Ini, tentu saja bukan kerja mudah. Membutuhkan banyak pihak yang terlibat, baik dari KBRI, tenaga pengajar juga TKI itu sendiri. Karena perubahan itu dimulai dari diri sendiri yang ingin berubah. Kepada pihak-pihak yang terlibat dalam EUB Baik pengajar, donatur yang datang dari berbagai kalangan mahasiswa, ekspatriat dan semuanya semoga apa yang diberikan bermanfaat untuk siswa juga berguna di kemudiannya. Kalau saya siswa EUB yang gagal, soale ikut kelas tapi gak pernah ikut ujian *Pasang muka datar :|

Dari kiri ke kanan, Pak Agus atase tenaga kerja, Pak Mohd Rusdi atase pendidikan dan Pak Kiky salah satu pengajar di EUB

Banyak ya, yang hadir?

Duta besar Indonesia di Malaysia Pak Herman Prayitno memberikan penghargaan untuk salah satu siswa terbaik

Foto bersama para panitia, pengajar juga atase pendidikan

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun