KEMENTERIAN Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) telah menambah 12 lembaga baru, baik bank maupun lembaga keuangan bukan bank (LKBB), sebagai penyalur kredit usaha rakyat (KUR). Dengan begitu, saat ini total lembaga penyalur KUR sudah 28 lembaga, dan tersisa delapan lembaga lagi untuk memenuhi target 36 lembaga penyalur KUR.
Deputi Bidang Pembiayaan Kementerian Koperasi dan UKM Braman Setyo menatakan, dengan adanya penambahan penyalur, target penyaluran KUR Rp100 triliun-Rp120 triliun diharapkan segera tercapai.
Ia menambahkan, sampai pada 29 Agustus 2016, total nasabah yang sudah menikmati KUR kurang lebih mencapai 2,9 juta nasabah. Adapun total penyaluran sekitar Rp64 triliun.
“Dengan adanya tambahan 12 lembaga penyalur, agresivitas penyaluran diharapkan semakin tinggi untuk mendorong percepatan penyaluran KUR setiap bulannya,” kata Braman ketika dihubungi Media Indonesia, Senin (5/9).
Adapun 12 lembaga keuangan penyalur baru KUR ialah BCA, Bank Permata, Bank Sinarmas, BPD Kalbar, BPD NTT, BRI Agroniaga, Bank Jabar Banten, BPD Kalsel, BPD Jambi, BPD Papua, Adira Finance, dan Mega Central Finance.
“Tinggal delapan yang belum lolos sistem informasi kredit program (SIKP), yaitu BRI Syariah, BPD Sumsel Babel, BPD Lampung, BCA Finance, Federal International Finance, BPD Bengkulu, BPD Sulteng, dan PT Permodalan Nasional Madani,” lanjut Braman.
Lebih lanjut, pihaknya pun mendorong agar koperasi juga dapat menyalurkan KUR. Hingga kini, baru satu koperasi yang lolos verifikasi untuk menyalurkan KUR, yaitu Kospin Jasa.
“Saya berharap agar Permenko 13/2015 dapat segera direvisi. Agar koperasi bisa memiliki payung hukum dan ikut serta terdaftar sebagai penyalur KUR, saat ini kan belum termasuk. Mudah-mudahan, Minggu ini bisa diselesaikan,” tandasnya.
Untuk menjadikan KUR semakin terjangkau debitur kecil (mikro), pemerintah pun sudah menjanjikan penurunan suku bunga pada tahun depan menjadi 7%. Saat ini, suku bunga KUR mikro 9%.
Nontradisional
Dalam kesempatan terpisah, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mendorong perbankan untuk tidak sekadar memburu pasar kredit UMKM di sektor-sektor tradisional seperti komoditas. Apalagi sejumlah daerah pun sudah mulai mengalihkan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi mereka ke luar komoditas.
Perry juga mengkritik lambannya penurunan rata-rata suku bunga kredit perbankan, kendati rata-rata suku bunga deposito sudah menurun hampir 1%. Padahal, Bank Sentral telah melakukan sejumlah relaksasi kebijakan demi memacu pertumbuhan kredit sekaligus pertumbuhan ekonomi nasional.