Mohon tunggu...
anastasia nadine
anastasia nadine Mohon Tunggu... Diplomat - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

mahasiswa Ilmu Komunikasi Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Apakah Masyarakat Tionghoa Pelit?

28 September 2020   22:12 Diperbarui: 28 September 2020   22:14 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemunculan sejumlah miliuner China, membuat perdebatan di media sosial. hal ini membahas apakah kaum superkaya di China benar-benar pelit? Jika memakai ukuran Amerika Serikat atau Eropa, para miliuner Cina pelit. Berdasarkan data lembaga pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP), jumlah sumbangan di Cina hanya mencapai 4% dari jumlah sumbangan di AS dan Eropa. Namun, menurut laporan terbaru Universitas Harvard dan Bank UBS asal Swiss, gambarannya jauh lebih kompleks (Liu, 2017). 

Hal ini mencerminkan budaya menghemat pada masyarakat Tionghoa yang dipandang oleh media sosial atau masyarakat global sebagai perilaku yang "pelit" dapat dikatakan bahwa dalam kasus ini terjadi perbedaan persepsi. Persepsi mengenai sebuah hal merupakan hal yang bersifat subjektif, hal ini membuat persepsi itu sendiri menjadi hal yang selektif. Oleh sebab itu persepsi dapat dipelajari polanya. Persepsi yang dihasilkan oleh setiap individu, akan dibentuk oleh budaya, terutama variasi budaya. 

Hal ini dicerminkan dari proses atau cara melihat korelasi antara budaya, proses dan perilaku. Proses ini menyangkut 2 asumsi utama yaitu, persepsi itu selektif dan pola persepsi dapat dipelajari. Samovar, et al. (2006: 12-14) dalam teorinya mengatakan bahwa ada tiga elemen utama yang membentuk persepsi budaya dan berpengaruh besar atau langsung terhadap individu peserta komunikasi antarbudaya. Yang pertamanya adalah pandangan dunia (sistem kepercayaan atau agama, nilai-nilai budaya dan perilaku), keduanya sistem simbol (verbal dan tidak verbal) dan ketiganya organisasi sosial (keluarga dan institusi). 

Kepercayaan bekerja sebagai sistem penyimpanan bagi pengalaman masa lalu, termasuk pemikiran, ingatan dan interpretasi terhadap suatu peristiwa. Kepercayaan dibentuk oleh budaya seseorang (Hart,2002 ). Dilihat dari sejarah kaum Tionghoa yang menjadi kaum yang tertindas dan miskin, oleh sebab itu budaya menghemat terbawa hingga sekarang. pada akhirnya hal ini akan menjadi hal yang tidak akan ditemukan kebenarannya disebabkan presepsi mengenai hal ini merupakan hal yang subjektif. 

Refrensi: 

Hart, W. B. (2002). Edward T. Hall and the history of intercultural communication: the United States and Japan Sub Title Author Rogers, Everett M.(Miike, Yoshitaka).

McDaniel, E. R., Samovar, L. A., & Porter, R. E. (2006). Understanding intercultural communication: An overview. Intercultural communication: A reader, 11, 6-15.

Liu, J. (2017). Apakah para miliuner Cina 'benar-benar pelit'?. Diakses dari https://www.bbc.com/indonesia/majalah-40231126

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun