Mohon tunggu...
Levianti
Levianti Mohon Tunggu... Psikolog, Dosen Psikologi Universitas Esa Unggul

Suka diam sejenak, refleksi, menulis, dan ngoepi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Fungsi Terapi dari Stand Up Comedy

1 Februari 2025   11:48 Diperbarui: 2 Februari 2025   14:40 1838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Stand Up Comedy (Sumber: Screenshot youtube Stand Up Kompas TV)

Hehehehe..., hehehehe..., bagaimana, lucu menghibur, bukan?! Bukan....

Yes, menurut saya juga demikian. Penampilan Fajar Mukti bukan hanya lucu menghibur, namun turut menyembuhkan luka hati bangsa. Dengan spontan dan tulus tertawa, terselip rasa menerima kekurangan yang ada pada sosok pemimpin, mengingat ia pun adalah manusia biasa. Di samping itu, secara bersamaan, juga kembali menyeruak rasa hormat kepada bapak bangsa, atas kontribusinya yang signifikan.

Sungguh luar biasa, bukan?! Bukan: "Bukan...!", kalau mau jadi tulisan lucu. Hehehehe.... Maaf ya, saya tidak lucu, walau saya coba melakukan itu. Untung, saya bukan komika, jadi tidak membuat kecewa saat gagal memecah tawa.  

Memang benar, keinginan dan standar harapan pribadi merupakan salah satu kunci penyebab luka. Saat saya tidak menaruh ekspektasi tinggi pada sosok pemimpin, saya pun tidak akan jadi mudah terluka oleh perbuatannya yang tidak sesuai standar/norma.

Dalam teori modifikasi perilaku, perbuatan pemimpin dan aparatur negara yang tidak sesuai harapan masyarakat merupakan aspek stimulus. Adapun "ekspektasi tinggi terhadap mereka, sehingga membuat masyarakat frustasi, kecewa, dan terluka manakala perilaku mereka tidak sesuai harapan" merupakan aspek anteseden / faktor penyebab. Sementara luka itu sendiri adalah hasil dari stimulus yang berpasangan dengan anteseden, alias aspek respon.

Restrukturisasi kognisi dilakukan oleh Albert Ellis untuk menghasilkan respon yang berbeda terhadap stimulus penyebab yang sama. Saat menghadapi masalah, atau situasi hidup yang tidak sesuai harapan, seseorang otomatis akan mencari solusi untuk mengatasi masalahnya. Namun, seringkali orang menjadi terlalu serius dalam usaha menyelesaikan permasalahan, sampai-sampai kehilangan sensasi humornya.

Ellis pun mengembangkan teknik REBT (Rational Emotivel Behavior Therapy) untuk mengubah sudut pandang pemikiran dan perasaan dengan cara melakukan tindakan tertawa dari menikmati humor yang terkandung dalam permasalahannya. Sebagai contoh, ia mengajarkan lagu humor untuk dinyanyikan oleh kliennya yang gundah. Berikut di bawah ini teks lagu humornya. Silakan dihafal agar tidak perlu menyontek, hehehehe....

Love me, love me, only me,

Or I will die without you 

make my Your love a guarantee so I can never doubt you

Love me, love me totally 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun