[caption caption="Sumber Gambar : pixabay.com"][/caption]
Isteri saya pernah mempunyai pengalaman buruk dengan penjahit. Dengan membawa kain, beberapa bulan yang lalu, saya mengantarnya kepada seorang penjahit -- yang kiosnya berada satu kompleks dengan sebuah klinik -- untuk dibuatkan pakaian.Â
Acara ukur mengukur badan segera dilakukan tanpa banyak memakan waktu. Kemudian disepakati sebulan berikutnya pakaian akan jadi dan bisa diambil. Tak lama berselang kami mohon diri
Sesuai kesepakatan, sebulan kemudian kami kembali untuk mengambil pakaian hasil jahitan. Setelah pembayaran dilakukan, kami langsung membawanya pulang. Isteri terlihat senang membayangkan hendak memakai pakaian baru.
Setiba di rumah terjadilah sebuah 'kegaduhan politik'. Saat isteri hendak mencoba pakaian baru, 'skandal ukuran' pakaian itu pun terbongkar. Pakaian baru tersebut ternyata sama sekali tidak bisa dipakai isteri karena ukurannya yang terlalu kecil.
Langsung saja 'bom gerutuan' meledak seketika itu juga. Suasana yang sebelumnya tenang berubah menjadi kemrungsung dan agak tegang. Suhu kamar yang sebelumnya normal-normal saja perlahan mulai beranjak naik.
"Lho kan sudah diukur, kok bisa kekecilan. Pasti salah ukur ni penjahit," gerutu saya menahan emosi.
"Iya, ngukurnya gimana sih?" Istri saya tak bisa menyembunyikan kekecewaannya.
"Mungkin penjahit baru. Belum pengalaman."
Anak sulung saya yang baru masuk langsung menimpali, "Wah, pakaian baru ya, bu?"
"Iya," sahut istri saya dengan pahit. "Tapi tidak muat."