Mohon tunggu...
Ananda Shofwan
Ananda Shofwan Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Moch Shofwan Amrullah | Valar Morghulis, Valar Dohaeris

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Friksi dan Jalan Menuju Kebenaran Sejati

6 Agustus 2020   20:30 Diperbarui: 8 Agustus 2020   03:03 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Tak ada kebenaran mutlak. Apa yang tampak sebagai kebenaran di matamu bisa menjadi salah dalam sudut pandang orang lain, begitupun sebaliknya. Pada akhirnya, sudut pandangmu lah yang membentuk kenyataan yang engkau lihat." Amish Tripati, Penulis Trilogi Siwa

Sebuah prahara yang sering kita jumpai ketika membahas prihal kebenaran, bahwa kaidah kebenaran selalu fluktuatif dan relatif, tak jarang juga ia abstrak dan sulit ditebak. lain halnya dengan kebaikan yang sifatnya adalah mutlak, nilai nilai seperti kejujuran, kasih sayang, cinta dan segala bentuk kebaikan lainya yang banyak dipahami oleh semua orang. Pada umumnya kebaikan-kebaikan tersebut bersifat pasti dan absolut.

Sedangkan kebenaran bersifat relatif yang selalu memiliki potensi berselisih dan menimbulkan friksi. Jika terdapat pihak yang mendefinisikan gajah adalah hewan yang wajah berbelalai dengan dua telinga besar, lalu ada pihak lain yang mendefinisikan bahwa gajah adalah hewan berbokong besar dan berekor kecil, maka keduanya tidaklah salah dalam mendefinisikan gajah, meskipun tidak utuh dan holistik.

Dan yang paling penting untuk dipahami bersama adalah bahwa kebenaran dengan perspektif pandangan yang berbeda menyebabkan pegambilan kesimpulan yang tidak sama, dan memiliki kecenderungan akan menimbulkan friksi, sebuah perpecahan pendapat.

Pada konteks kehidupan sehari-hari, kebenaran yang berbeda tidak hanya berangkat dari sudut pandang yang berbeda, namun ia juga dipengaruhi oleh banyak faktor lainya seperti keilmuan, latar belakang sosial, karakter psikologi, dan hal-hal lain yang diluar dugaan manusia.

"Selain sudut pandang, terdapat resolusi pandang, juga jarak pandang. Selain dari mana kita melihat, kebenaran juga bergantung juga dari seberapa jernih penglihatan kita, yang mana itu semua terpengaruh oleh berbagai faktor diatas" Mas Sabrang, Pendakwah

Jika mau menilik lebih dalam, lebih detail perihal perbedaan dalam memaknai kebenaran tak selalu terjadi pada dua belah pihak. Namun juga dapat terjadi pada tiga belah pihak, empat belah pihak dan seterusnya, bahkan satu pihak pun pemahamanya akan kebenaran sering berubah-ubah. Hal yang sering terjadi pada setiap manusia seiring bertambahnya pengalaman, pemahaman, dan kematanganya dalam berfikir.

Kebenaran yang diyakini dapat berubah-ubah dari waktu kewaktu, ia selalu bersifat relatif dan fluktuatif. Jika mengikuti format idealnya maka pemahaman akan kebenaran akan terus berkembang, semakin holistik, namun juga mendetail. Ibarat alat ukur, ia dapat digunakan untuk mengukur meja namun tidak dapat digunakan untuk mengukur tebal sehelai rambut.

Demikianlah kebenaran, Dibutuhkan alat ukur yang lebih presisi untuk mengukur detail materi yang halus. seperti halnya mikroskop elektron yang mampu menangkap wujud dan ukuran suatu bakkteri atau virus dalam ukuran nanometer, suatu hal yang mustahil dilakukan dengan menggunakan meteran meja.

Kematangan, pengalaman, dan keilmuan lah yang akan mampu mendorong kita untuk menuju pemahaman kebenaran yang lebih presisi. Kebenaran yang kita yakini akan terus menemukan yang lebih benar, dan lebih lebih benar lagi. Demikian seterusnya, dan pola ideal tersebut yang akan membawa kita berjalan menuju kebenaran sejati.

Hal ini berarti juga, dalam proses menuju kesejatian kebenaran kita sangat berpotensi untuk salah. Karena bagaimana mungkin bisa mengukur virus dengan meteran? Meskipun pada waktu yang bersamaan, meteran sudah sangat presisi untuk mengukur meja dan perabotan lain disekitar, sehingga anggapanya meteran adalah kebenaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun