Mohon tunggu...
Ananda Shofwan
Ananda Shofwan Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Moch Shofwan Amrullah | Valar Morghulis, Valar Dohaeris

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Homo Homini Socius, Manusia Makhluk Dhoif

6 Agustus 2020   14:52 Diperbarui: 8 Agustus 2020   03:13 5327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

".....dan manusia dijadikan bersifat lemah....." (Qs. An-Nisa : 28)

Sejak hari diciptakanya manusia di alam ruh, hingga bumi gulung tikar sekalipun manusia tetap menyadang gelar dhoif, sebuah gelar yang menegaskan bahwa manusia merupakan makhluk yang lemah. Kita bisa melihat bagaimana adam tak bisa mengelak untuk tidak dikeuarkan dari surga, bagaimana adam menerima dengan berat dan penuh penyesalan ketika dia diturunkan dibumi dan dipsahkan dengan hawa.

Untuk bisa berjalan saja manusia, manusia membutuhkan waktu berbulan-bulan sejak kelahiranya, bahkan ada yang sampai dua tahun. Bandingkan dengan anak ayam, yang memerlukan waktu beberapa detik saja untuk ia mampu berlari licah mengikuti kemana induknya berjalan. Demikian pula dengan kambing dan sapi.

Sebagai homo homini socius, manusia tidak akan pernah mampu hidup tanpa peran orang lain. Itu sebabnya adam berdoa kepada Tuhan, kemudian Tuhan menjawabnya dengan wahyu supaya adam pergi ke bukit rohmah (jabal rohmah), sesampai disana Adam dipertemukan dengan Hawa. Bagaimana sulaiman yang sangat hebat ia membutuhkan peranan hewan dan jin untuk melakukan pemberontakan pada absyalum.

Sekuat dan sesuperpower apapun manusia sesungguh dia akan menjadi lemah kembali sebagaimana gelar dhoif yang disandangnya

"Allah, Dialah yang menciptakanmu dari kondisi lemah, kemudian Dia menjadikanmu sesudah lemah itu menjadi kuat, kemudian dia menjadikanmu sesudah kuat itu kembali lemah dan beruban" (Qs. Ar-rum : 54)

Namun telah menjadi tabiat seorang manusia, ketika diberikan sedikit kekuatan, lalu kemudian mereka berubah menjadi sombong. Merasa menjadi manusia paling hebat sejagad raya, dan berlebih dalam menilai pridainya sendri. Memahami hal itu salah seorang dari tujuh orang yang paling bijaksana, Thales mengajarkan prinsip hidup kepada murid muridnya "kenali dirimu" bahwa dirimu adalah manusia, "ingat akhirnya" bahwa dirimu akan tua dan mati, maka "jangan berlebihan" dalam menilai pribadimu sendiri.

Dikisahkan bahwa terkadang para Dewa Dewi dalam mitologi yunani membendung kesombongan manusia dengan sebuah hukuman yang setimpal. Bagaimana kisah Dewi Athena yang mengutuk seorang manusia, Archane, ketika menyombongkan diri atas seni merajutnya dan menantang Dewi Athena untuk beradu Seni Merajut. Bagaimana kisah penduduk Kota Helike yang ditimpakan bencana tsunami oleh Dewa Laut Poseidon karena kesombongan penduduknya.

Sebab itulah mengapa di Orakel Delphi, sebuah kuil tempat peribadatan untuk memuja Dewa Apollo dalam tradisi Yunani Kuno, terdapat tulisan "Gnothi Seauton Kai Meden Agan", artinya "kenalilah dirimu sendiri, dan jangan berlebihan". Frasa tersebut sebagai pengingat kepada seseorang yang datang bahwa dirinya adalah manusia biasa, bukan seorang Dewa. Maka dari itu seorang manusia jangan berlebihan dalam menilai dirinya.

Dalam sirah nabawiyah terdapat kisah Raja Fir'aun yang dengan sombong mendeklarasikan dirinya sebagai Tuhan, dengan terpaksa menanggalkan "ketuhananya" ketika hendak dilahap lautan kemudian mati dengan mengenaskan. Sama halnya dengan kisah Raja Namrud, seorang Tiran berdarah dingin yang luntur "ketuhananya" ketika kematianya disebabkan oleh serangga kecil.

Dalam tradisi islam beberapa kisah menggambarkan bagaimana Tuhan meruntuhkan kesombongan manusia dengan mengrim angin-angin perubahan yang hoistik dan mengubah keadaan manusia tersebut 180 derajat dari keadaan sebelumnya, semata mata tidak lain untuk menegaskan bagaimana manusia sangat dhoif atas segala sesuatunya dan Tuhan adalah yang Maha Kuasa atas segala-galanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun