Mohon tunggu...
Misbahul Anam
Misbahul Anam Mohon Tunggu... Guru - Guru swasta, belajar selamanya

Change Your Word, Change Your World

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Dari Hobi jadi Profesi

14 Oktober 2014   18:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:04 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1413261698380585957

[caption id="attachment_366293" align="alignnone" width="504" caption="dokumen pribadi"][/caption]

Masih ingat lirik lagu Surat Cinta era 80-an yang dipopulerkan Vina Panduwinata? "Hari ini kugembira, melangkah di udara, Pak Pos membawa berita, dari yang ku damba." Inilah gambaran singkat betapa Pos jadi sarana penting. Kala itu memang jadi kebiasaan jika kita mengirim surat, paket bahkan uang, selalu melalui  Pos. Melalui jasa layanan plat merah ini seolah menjadi fasilitas langka yang paling digandrungi masyarakat.

Seperti kita ketahui, pada era 80an komunikasi jarak jarak jauh "hanya" bisa dilakukan dengan perantara Pos. Beda dengan sekarang, hampir semua jenis alat komunikasi canggih marak dan memudahkan tidak hanya komunikasi pertemanan bahkan mempermudah komunikasi bisnis.

Sejarah mencatat keberadaan Pos Indonesia begitu panjang, Kantorpos pertama didirikan di Batavia (sekarang Jakarta) oleh Gubernur Jendral G.W Baron van Imhoff pada tanggal 26 Agustus 1746 dengan tujuan untuk lebih menjamin keamanan surat-surat penduduk, terutama bagi mereka yang berdagang dari kantor-kantor di luar Jawa dan bagi mereka yang datang dari dan pergi ke Negeri Belanda. Sejak itulah pelayanan pos telah lahir mengemban peran dan fungsi pelayanan kepada publik.

Setelah Kantorpos Batavia didirikan, maka empat tahun kemudian didirikan Kantorpos Semarang untuk mengadakan perhubungan pos yang teratur antara kedua tempat itu dan untuk mempercepat pengirimannya. Rute perjalanan pos kala itu ialah melalui Karawang, Cirebon dan Pekalongan.

Pos Indonesia telah beberapa kali mengalami perubahan status mulai dari Jawatan PTT (Post, Telegraph danTelephone). Badan usaha yang dipimpin oleh seorang Kepala Jawatan ini operasinya tidak bersifat komersial dan fungsinya lebih diarahkan untuk mengadakan pelayanan publik. Perkembangan terus terjadi hingga statusnya menjadi Perusahaan Negara Pos dan Telekomunikasi (PN Postel). Mengamati perkembangan zaman dimana sektor pos dan telekomunikasi berkembang sangat pesat, maka pada tahun 1965 berganti menjadi Perusahaan Negara Pos dan Giro (PN Pos dan Giro), dan pada tahun 1978 berubah menjadi Perum Pos dan Giro yang sejak ini ditegaskan sebagai badan usaha tunggal dalam menyelenggarakan dinas pos dan giropos baik untuk hubungan dalam maupun luar negeri. Selama 17 tahun berstatus Perum, maka pada Juni 1995 berubah menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Pos Indonesia (Persero). (sumber : http://www.posindonesia.co.id/index.php/profil-perusahaan/sejarah-pos)

Pos identik dengan surat-menyurat, merupakan salah satu hobi positif yang bermanfaat. Surat-menyurat (korespondensi) merupakan hobi yang menyenangkan, dengannya sahabat yang jauh jadi dekat, yang terpisah jadi erat. Hobi inilah yang menjadikan saya menemukan sisi positif yang luar biasa. Sejak duduk di bangku sekolah menengah (Madrasah Aliyah Walisongo) sudah akrab dengan dunia surat-menyurat. Menulis surat sama sulitnya dengan menulis sebuah artikel bila belum terbiasa. Seringnya menulis surat menjadikan kebiasaan menulis ini menjadi guru terbaik yang kelak mengajari saya menuangkan buah pikiran dalam tulisan menjadi sebuah kebiasaan.

Dengan menulis surat menjadikan saya kaya pengetahuan, teman, dan pengalaman. Seringnya mengirim surat lewat Pos, menjadikan pegawai Pos sejak zaman jadi anak sekolah dulu bingga kini menjadi orang tua tetap terjalin akrab. Kesan ramah pada pegawai Pos sangatlah terukir kuat hingga sekarang. Hampir  tidak pernah saya jumpai kepala Kantor Pos Kecamatan di daerah saya yang galak/kasar perilakunya.

Maka ketika Kepala Kantor Pos Jepara (Triyanto) didampingi mantan Kepala Kantor Pos Pecangaan (Edy El Amin) datang menemui saya, seolah menggairahkan lagi hobi korespondensi yang sekian lama terpendam, seiring maraknya gadget yang seolah menggeser keberadaan fungsi Pos. Kehadiran beliau berdua ternyata membawa tawaran kerjasama dibidang pelayanan jasa melalui Pos dengan sistem keagenan. Dengan sistem keagenan yang merupakan bagian strategi menjangkau dan mendekatkan pelanggan pada Pos

Perkembangan teknologi membuat budaya kirim surat, paket dan uang bergeser ke layanan internet dan perusahaan jasa pengiriman swasta. Kemajuan teknologi tersebut sempat membuat terpuruk Pos Indonesia. ”Layanan surat-surat individual turun hampir 90 persen,” ujar Marketing & Business Developmment Director PT Pos Indonesia, Setyo Riyanto. Pos Indonesia adalah perusahaan milik negara sehingga tidak boleh kalah dalam era liberalisasi. Itulah yang diupayakan Pos Indonesia saat ini meningkatkan kinerjanya jika tidak ingin tergilas zaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun