Mohon tunggu...
Khairul Anam
Khairul Anam Mohon Tunggu... Jurnalis - Pembelajar
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Harapan adalah mimpi dari seorang yang terjaga.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Penyulut Api Itu Bernama RRC

9 Januari 2020   21:59 Diperbarui: 9 Januari 2020   22:00 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keamanan. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Pixelcreatures

"Saya ingin pastikan hak berdaulat negara kita atas kekayaan laut di ZEE. Namanya kedaulatan tidak ada tawar menawar (tentang Laut Natuna)". Presiden Joko Widodo

Pernah dengar Kepulauan Natuna? Daerah yang memiliki luas sekitar 141.901 Km2 ini disebut memiliki kekayaan alam melimpah. Cadangan gas alamnya disebut sebagai yang terbesar di Asia Pasifik, bahkan dunia. Jika diuangkan, kekayaan gas Natuna bernilai mencapai Rp6.000 triliun (merdeka.com) sungguh fantastis.

Saat ini Natuna tengah jadi perbincangan. Ini setelah Kapal Cost Gurd China secara ilegal memasuki wilayah Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Indonesia di perairan Kepulauan Natuna. Bukan kali ini saja Republik Rakyat China (RRC) mencoba merecoki teritorial kedaulatan Indonesia yang secara dejure PBB telah mengakui.

Upaya yang dilakukan China kalau dikaji dalam kacamata agenda setting theory Walter Lippman ada ambisi negara yang menganut sistem komunis ini menguasai dan menentang perjanjian Juanda dan konvensi PBB tentang Konvensi Hukum Laut (UNCLOS).

Kesigapan TNI sebagai trigger penjaga kedaulatan NKRI tentu tidak tinggal diam karena ada pengusik yang harus segera dibereskan agar api yang menyala tidak membara.

Siaga tempur TNI dengan kekuatan penuh di Laut Utara Natuna sebagai respon sulutan China. Tenyata jauh sebelum insiden inisudah dipersiapkan dari jauh-jauh hari jika terjadi emergency, dimana sejak dua tahun terakhir pangkalan kekuatan laut, darat, dan udara dibangun di Natuna serta terus diperkuat hingga sekarang. Sebuah kebijakan antisipatif Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto yang patut acungi jempol.

Dikutip dari kompas.id bahwa berbagai sarana sudah disiapkan TNI di Natuna. Sarana itu berupa pangkalan kapal permukaan, pangkalan kapal selam, dua stasiun radar, fasilitas lapangan udara berupa hanggar pesawat tempur, rumah sakit tentara, Batalyon Komposit TNI AD, Batalyon Artileri Pertahanan Udara (Arhanud), dan Kompi Marinir TNI AL.

Bagi Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto tidak  ada toleransi bagi negara manapun yang mencoba ingin mengusik, termasuk ulah kapal-kapal asal Negeri Tirai Bambu, yang saat ini sudah tinggalkan perairan Natuna (detik.com) setelah Presiden Joko Widodo dan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto beserta rombongan (08/01/2020 ) melakukan kunjungan kerja (Kunker) ke Natuna.

Kunker ini menjadi pesan dari pemerintah Indonesia kepada Beijing agar jangan sekali-kali bermain api jika tidak ingin terbakar, karena api yang dimainkan bisa saja akan membakar sendiri (China).          

Sebagai anak bangsa, dengan segenap tumpah darah tanah air Indonesia mendukung langkah pemerintah dan TNI untuk terus memperkuat pengamanan, langkah persuasif, dan penindakan harus dilakukan demi menjaga marwah Indonesia sebagai negara yang berdaulat. Jaga Natuna, lawan perongsong kedaulatan NKRI !

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun