Militer Indonesia sedang masuk dalam proses modernisasi yang dimulai satu dekade belakangan ini. Sedikit demi sedikit, militer Indonesia yang dulu sangat memprihatinkan mulai menampakkan perbaikan kearah yang lebih baik. Memang kekuatan militer Indonesia sendiri saat ini belumlah ideal, bahkan bisa di bilang masih sangat minimalis jika dibandingkan dengan luas wilayah kedaulatan Indonesia yang harus dijaga. Namun proses modernisasi militer Indonesia yang sudah di jalankan beberapa tahun belakangan sudah memberikan perbaikan yang cukup berarti.
Militer Indonesia ini sendiri akan memasuki babak baru sebentar lagi karena adanya perubahan pemerintah baru Indonesia pada Oktober nanti. Penulis katakana babak baru, karena ini adalah perubahan pemerintahan setelah Indonesia di pimpin oleh Pak SBY selama 10 tahun. Dengan perubahan pemerintahan ini, kita menjadi bertanya-tanya bagaimana dengan proses Modernisasi militer Indonesia yang selama ini sudah berjalan. Apakah Modernisasi ini tetap dijalankan atau tidak, ataukan di jalankan dengan kebijakan yang lebih baik dari sebelumnya?
Modernisasi Militer Indonesia : Ancaman ‘Perang Dingin’ China Vs Amerika
Seperti tulisan sebelumnya, penulis sudah menyebutkan bahwa saat ini Indonesia menghadapi tantangan dan ancaman besar di depan mata kita. Tak lain adalah agresifitas militer China yang melakukan klaim terhadap wilayah kepulauan Paracell dan Spratly di sekitar Laut China Selatan. Klaim ini adalah berdasarkan sejarah masa lalu Negara China. Memang benar belum ada konfirmasi resmi bahwa China juga melakukan klaim terhadap wilayah kedaulatan Indonesia. Namun melihat bagaimana China bisa mengklaim wilayah kepualan yang jaraknya ribuan kilometer dari daratannya, maka tidak ada jaminan China tidak akan menyentuh kedaulatan Indonesia sekarang, besok atau bertahun-tahun kedepan.
Disisi lain, Amerika Serikat yang selama ini menjadi ‘penguasa tunggal’ di sekitar kawasan Asia fasifik baik secara ekonomi maupun militer, mulai gerah dengan agresifitas militer China dan klaim China dalam konflik Laut China Selatan. Amerika Serikat yang dahulu disbukkan terlibat berbagai konflik militer di kawasan Timur Tengah, kini mulai kehilangan hegemoninya di Asia Fasifik. Hal ini karena sudah ada China dengan kekuatan dan agresifitas militer yang sudah bisa menandingi pengaruh dan militer Amerika di kawasan. Melihat perkembangan ini, Amerika Serikat sudah mengisyaratkan bahwa kawasan Asia fasifik adalah fokus utama kebijakan militer Amerika Serikat kedepannya.
Langkah Amerika ini sudah dijalankan dengan penempatan ribuan Marinir AS di Australia. Pangkalan Militer AS di Australia ini menambah pangkalan militer AS di kawasan setelah sebelumnya ada di Jepang, Guam, dan lainnya. Bahkan ada wacana pembukaan kembali pangkalan militer AS di Filipina yang dulu sudah pernah di tutup. Penempatan Militer Amerika Serikat di Darwin Australia ini sempat membuat banyak pihak Indonesia gerah karena lokasinya yang sangat dekat dengan wilayah Indonesia. Terlepas apakah itu ditujukan untuk meanggapi agresifitas militer China di kawasan Asia Fasipik, faktanya lokasi pangkalan militer yang dekat dengan Indonesia ini tentunya menjadi perhatian serius bagi militer indonesia.
Nah Indonesia sebagai negara dengan politik bebas aktif, selama ini berada di posisi netral yang tidak memihak China atau Amerika. Namun ‘perang dingin’ antara China dan Amerika Serikat saat ini, cepat atau lambat akan menyeret Indonesia kedalam perang pengaruh keduanya atas Indonesia. Sebagaimana kita ketahui bahwa letak Geografis Indonesia yang sangat strategis dan fakta bahwa Indonesia adalah negara dengan penduduk yang sangat besar dan punya pengaruh kuat di ASEAN, tentunya akan membuat China dan Amerika Serikat akan saling berebut pengaruh di Indonesia.
Bukti nyatanya sudah kita lihat bagaimana Amerika Serikat yang dulu bisa disebut ‘cukup pelit’ kepada Indonesia dalam masalah militer, belakangan sudah memberikan izin bagi Indonesia untuk memperoleh persenjataan militer kelas wahid dari Amerika. Sebut saja pembelian 8 unit AH-64E Apache yang merupakan salah satu helicopter serang terbaik dunia saat ini. Bahkan tersiar kabar bahwa Hibah 24 unit F-16 ‘setara’ Block 52 juga akan dilengkapi dengan rudal canggih AIM-120C7 yang selama ini masih hanya diberikan ke sekutu dekatnya seperti Singapura.
China sendiri tidak mau kalah dari Amerika dalam menebar pengaruhnya kedalam militer Indonesia. Sebut saja kerjasama alih teknologi rudal anti kapal C-705 yang direncakan di produksi di Indonesia. Sebagai mana kita ketahui bahwa Rudal anti kapal permukaan C-705 adalah buatan China dan Indonesia merencakanan akan menggunakannya pada Kapal Cepat Rudal (KCR) produksi local, baik KCR-40 maupun KCR-60. Memang proses alih teknologi ini masih ada kendala, namun jelas ini salah satu cara China untuk menarik perhatian Indonesia.
Maka disini bisa kita lihat bahwa ada dua kekuatan yang cepat atau lambat akan berhadapan, dan Indonesia berada tepat di tengah-tengahnya. Suka atau tidak suka, Indonesia pasti akan terkena dampak dari ‘perang kepentingan’ keduanya. Lalu apakah yang harus dilakukan oleh Indonesia untuk memastikan bahwa kepentingan dan kedaulatan Indonesia tidak akan terganggu oleh keduanya? Jalan terdepannya tentu saja adalah diplomasi damai, namun harus dibarengi dengan modernisasi militer Indonesia.
Modernisasi Militer Indonesia : Menempatkan ‘Perang Dingin’ AS vs China Sebagai Ancaman?