Mohon tunggu...
araf al fajar
araf al fajar Mohon Tunggu... Freelancer - imajinasi mengalahkan situasi

Orang pintar seringkali dikalahkan dengan orang yang rajin dan orang yang cerdas seringkali dikalahkan oleh mereka yang bekerja keras

Selanjutnya

Tutup

Money

Investor Harus Waspada dengan Perusahaan IPO

30 Juli 2021   20:47 Diperbarui: 31 Juli 2021   14:13 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Emiten IPO

Initial Public Offering (IPO) menjadi tren ditengah masa pandemi Covid-19 yang belum usai, berdasarkan laman resmi Bursa Efek Indonesia (BEI), telah ada 26 aktivitas pencatatan atau listing perdana dan telah mengantongi 25 perusahaan dalam daftar masa tunggu IPO hingga Kamis (29/7/2021). Pipeline Otoritas Bursa diisi oleh mayoritas perusahaan dengan skala menengah dan besar.

 Peningakatan tren perusahaan berlomba-lomba melakukan IPO karena bisa memperoleh pendanaan tanpa harus memberikan bunga kepada pemberi dana dan banyak intensif dari pemerintah kepada perusahaan yang menjadi anggota bursa atau ingin menaikan citra perusahaan. Namun tidak semua perusahaan yang melakukan IPO bisa dikategorikan sebagai perusahaan yang bonafide. Strategi IPO bisa strategi  yang dilakukan oleh Pemegang Saham Pengendali (PSP) untuk exit. 

Bagi para investor yang mengacu pada fundamental perusahaan untuk sekarang harus lebih berhati-hati dalam melakukan pemilihan saham-saham yang layak untuk dijadikan investasi. Banyak perusahaan yang melakukan IPO dengan melakukan mark-up pada ekuitasnya agar harga IPO menjadi terlihat wajar dan sebanding dengan ekuitas perusahaan dan tidak heran setelah IPO sukses, ekuitasnya bakalan kembali seperti sediakala. Penulis menemukan terdapat emiten yang telah melakukan IPO pada Februari 2020 dengan nilai 200 milyar. Benar saja pada 31 Desember 2020 ekuitas laporan keuangannya naik sebesar hasil IPO namun ketika melihat di aset dan liablitas, karena kenaikan ekuitas mestinya akan ada penmbahan aset atau pengurangan liabilitas (Ekuitas=Aset-Liabilitas), ternyata yang naik adalah aset pada akun piutang lain-lain. 

Ketika dilihat dari catatan atas laporan keuangan piutang tersebut merupakan piutang atas pembelian tanah dengan luasan 37.637m2 yang berlokasi di cijunjung, sukaraja, jawabarat dengan nilai nominal sebesar Rp293.560.800.000 atau dengan harga Rp7.799.793 per meter persegi. melihat nature transaksi tersebut penulis bertanya-tanya kenapa tidak diklasifikasikan ke uang muka pembelian tanah namun ke piutang lain-lain.

Penulis kemudian tertaring membaca prospektus perusahaan, ternyata dalam prospektus penggunaan dana IPO digunakan untuk membeli tanah kepada  pihak berelasi, sehingga dapat disimpulkan penggunaan danya telah sesuai dengan prospektus.  Penulis masih bertanya-tanya sampai kapan piutang tersebut akan terealisasi atau hanya akan akan ngegulung sampai kapan. Lucunya lagi tahun ini sedang melakukan rencana right issue (RI). Kita tunggu saja kedepannya apakah RI hanya akan sebagai compounding ekuitas saja? tidak ada yang tahu. 

Catatatan tambahan, tidak semua perusahaan yang IPO itu buruk namun hanya dapat dihitung dengan jari emiten yang bonafide. Investor perlu lebih hati-hati dalam memilih dambaan hati dalam bursa. Semoga otoritas yang membawahi tidak hanya menilai dari kuantitas melainkan kualitas dari emiten dan calon emiten.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun