Mohon tunggu...
Anak Sleman
Anak Sleman Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

PSS dan Dosa Besar (Siapa?)

21 Februari 2016   21:18 Diperbarui: 21 Februari 2016   21:44 1029
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

PSS Sleman melanjutkan perjalanannya di BIC 2016, dengan melawan tim bertabur bintang, Arema. Sebelumnya PSS telah ditaklukkan oleh Persib Bandung, 2-4. Memang tidak ada yang menjagokan PSS Sleman untuk menjuarai Turnamen tahunan ini, bahkan dari para pendukung PSS Sleman sendiri. Realistis.

Sebelum match, banyak headline berita portal online yang memberikan tajuk “Arema vs barisan para mantan” pada pertandingan itu. Pertanyaannya kenapa? Jawabannya adalah, karena banyak eks-Arema yang ada di skuat PSS Sleman, setidaknya dalam 3 tahun terakhir. Sebut saja Aji Saka, Wahyu Gunawan, Waluyo, Juan Revi, M fakhrudin, Noh Alamsah, Anggo Julian, Kristian Adelmund, Musafri,Agung Suprayogi. Tidak semua bermain di BIC memang, saat ini hanya Wahyu Gunawan, Adelmund, Agung Suprayogi, dan Waluyo yang masih tersisa di line up PSS Sleman.

Seketika setelah starting line-up keluar, saya langsung terkaget dan bertanya-tanya. Pemain yang saat lawan Persib Bandung bermain bagus, ternyata tidak diturunkan menjadi starter. Andi Sandria, Agung Suprayogi, Candra Luckmana masuk ke dalam starting line up menggantikan Busari, Dirga Lasut, dan Dicky Prayoga.  Hal tersebut saya katakan adalah dosa besar.

Namun dosa besar yang dilakukan siapa? Saya sendiri juga bingung, karena apa? Tidak ada pelatih yang mendampingi PSS di bench pemain saat match berlangsung. Adalah Pak Arif (Manager) yang mendampingi PSS saat laga. Hebat bukan? Apakah PSS sudah bisa disejajarkan dengan klub-klub eropa, dimana starting line up, formasi, dan pergantian pemain ditentukan oleh seorang manager. Hal yang lebih mengejutkan, nan ajaib, manager PSS adalah seorang dokter! Benar, dokter yang bisa menyembuhkan penyakit pasien. Tolong jangan tanyakan apakah beliau mempunyai lisensi kepelatihan.

Dibawah guyuran hujan, pertandingan dimulai. Sesuai prediksi komentator, yang selalu mengkerdilkan PSS Sleman, Arema mengambil inisiatif serangan terlebih dahulu. Posession bola dikuasai sepenuhnya oleh para pemain Singo Edan, bahkan dalam 20 menit awal, sudah bersarang 2 gol ke gawang Ali Barkah yang untungnya dianulir oleh wasit. Dengan jalannya pertandingan, hal ini seperti menunggu waktu sampai Ali Barkah memungut bola dari belakang garis gol. Gol yang ditunggu benar-benar tercipta, ada 2 gol yang dicetak oleh Arema sebelum peluit babak pertama disebul oleh wasit.

Gol Arema terjadi karena keterlambatan Wahyu Gunawan menutup pergerakan Arema, sehingga bola dengan mudah diceploskan ke dalam gawang. Dalam Match ini, Wahyu Gunawan memang bermain dibawah performanya, sering sekali kehilangan bola dan terlambat menutup ruang gerak pemain Arema, yang kemudian dapat dimanfaatkan menjadi gol. Awal serangan Arema sering di mulai dari sisi Wahyu Gunawan, yang sepertinya mengetahui bahwa area tersebut menjadi salah satu kelemahan PSS yang menonjol, dari kelemahan-kelemahan yang lain.

Dosa besar pada line up PSS terbukti, terpampang nyata, di babak pertama. Tidak adanya pemain tengah yang bisa menjaga tempo, dan pemain yang menjadi jembatan antara lini tengah dengan Emile Mbamba menyebabkan Wardana hanya ongkang ongkang kaki di bawah mistar gawangnya.

Penulis sedikit ketar-ketir ketika Kapten PSS yang merangkap sebagai local hero Sleman, dipasangkan dengan Candra Luckmana, yang didapuk sebagai “The Next Anang Hadi”. Sangat menakutkan, ketika lini tengah PSS tidak ada gelandang bertahan yang bisa memutus serangan dari lawan. Apalagi lawan yang akan dihadapi memiliki gelandang yang sangat bagus. Kapten kami bukanlah gelandang yang bertipe petarung, dan tidak terlalu bagus dalam membantu pertahanan.

Sedangkan Candra Luckmana, adalah youngster yang belum benar-benar teruji. Namun ketakutan saya tidak terbukti, setidaknya sampai babak pertama usai. Tidak disangka, ternyata Candra Luckmana bisa menjalankan fungsinya sebagai pemutus serangan Arema. Hal ini menjadikan Arema lebih sering bermain melalui sayap. Candra Luckmana memiliki potensi untuk menjadi gelandang pengangkut air masa depan PSS. Untuk Andi Sandria, dia juga memiliki potensi, namun off form pada laga ini. Hanya bisa berlari kencang, banyak bola yang hilang darinya, belum bisa mengambil keputusan kapan harus gocek, kapan harus mengoper. Hal ini yang memaksa dia harus ditarik keluar dan digantikan oleh Dicky Prayoga.

Setelah terus di tekan dan dibobol sebanyak 4 kali ( yang dua diantaranya dianulir), akhirnya Manager PSS memasukkan Busari dan Dicky Prayoga, menggantikan Andi Sandria dan Agung Suprayogi. Dengan masukknya kedua pemain ini, permainan PSS lebih enak dilihat. Gol pertama untuk PSS juga diciptakan oleh pemain pengganti, Busari, melalui tendangan yang keras terarah.

Bermodal gol dari Busari, para pemain PSS mulai keluar dari tekanan dan menekan pertahanan Arema. Dirga Lasut dimasukkan menggantikan lokal hero, dan Wahyu Gunawan yang (pasti) kelelahan ditarik keluar. Masukknya Dirga Lasut membuat lini tengah PSS lebih hidup, kombinasi Dirga dengan Busari membuat lini belakang Arema harus bekerja keras. Beberapa kali  peluang emas melalui kaki Mudah Yulianto, Dicky, Mbamba, dan pemain PSS no 32 tidak bisa membobol gawang Arema.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun