Mohon tunggu...
Ana Fauzia
Ana Fauzia Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Ekspansi Start-up Asing di Indonesia, akankah Keberadaan Start-up Lokal Terancam?

25 November 2020   11:49 Diperbarui: 25 November 2020   12:00 814
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi start-up (duniafintech.com)

Dalam kamus manajemen, persaingan adalah usaha dari dua pihak atau lebih perusahaan yang masing-masing berusaha mendapatkan pesanan dengan menawarkan harga atau syarat yang paling menguntungkan. 

Sementara menurut Adam Smith dalam The Wealth of Nations (1776), persaingan akan mendorong suatu perusahaan untuk mencapai kualitas yang lebih baik dari para pesaingnya. 

Dengan adanya persaingan tersebut, start-up lokal akan terus berlomba-lomba dalam meningkatkan inovasi mereka dalam merebut hati konsumen. Inovasi ini sendiri menurut Everett M. Rogers merupakan sebuah ide, gagasan, dan praktik yang dilandasi dan diterima sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang ataupun kelompok untuk diaplikasikan atau pun diadopsi. 

Sehingga tanpa adanya persaingan, suatu perusahaan akan cenderung stagnan, yaitu tanpa adanya kemajuan dan inovasi yang baru karena merasa bahwa hanya merekalah yang menguasai pasar.

Bagaimana tingkat persaingan yang terjadi selama ini? 

Dalam sebuah survei yang dilakukan oleh satu perusahaan riset terkemuka global yang berpusat di Tokyo yaitu Spire Research and Consulting belum lama ini melakukan studi terhadap pengemudi dan konsumen untuk mencari tahu preferensi terhadap penyedia layanan transportasi online dari berbagai aspek, seperti consumer awareness, frekuensi penggunaan, dan frekuensi dalam menggunakan layanan e-money. 

Berdasarkan consumers awareness, layanan antar mobil yaitu antara GoCar dan GrabCar, serta Ewallet Go-Jek vs Grab, memang menunjukkan bahwa peminat Grab masih jauh lebih tinggi (sebagaimana diketahui bahwa Grab sendiri merupakan start-up asal Singapura). 

Namun dalam kategori lainnya, seperti Go-Ride vs GrabBike, menunjukkan Go-Ride (Go-Jek) masih menjadi pilihan utama pengguna transportasi online. Dari total responden yang memilih Go-Ride, sebanyak 64% menggunakannya hingga 1-2 kali sehari, sedangkan pemilih GrabBike yang menggunakan 1-2 kali dalam sehari ada 58%.

Sementara itu, untuk layanan online food delivery Go-Jek vs Grab, Go-Food masih memimpin. Sebanyak 35% responden menyebutkan bahwa Go-Food merupakan layanan yang paling sering mereka gunakan. Sementara 27% responden menyatakan memilih GrabFood. 

Oleh karena itu, dari hasil survey di atas masih menujukkan adanya persaingan yang masih seimbang, dimana kedua start-up baik itu Grab yang merupakan start-up asing dan Go-Jek sebagai salah satu start-up nasional, masing-masing masih unggul di beberapa aspek.

Kemudian walaupun di Indonesia telah ada beberapa start-up asing seperti halnya Grab, Uber, Snapchat, PayPal, dan beberapa start-up lainnya. Namun keberadaa start-up asing tersebut tidak menghambat pertumbuhan start-up lokal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun