Mohon tunggu...
Armin Mustamin Toputiri
Armin Mustamin Toputiri Mohon Tunggu... Politisi - pekerja politik

Menuliskan gagasan karena ada rekaman realitas yang menggayut di benak.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Huwal Awwalu Wal Akhiru Covid-19

2 April 2020   12:20 Diperbarui: 2 April 2020   12:31 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi: South China Morning Post

"UTHLUBUL ilma walau bish shin". Berarti, tuntutlah ilmu hingga ke negeri China. Kawan saya -- meragukan keabsahan kalimat yang diklaim hadits itu -- meminta penjelasan. Cara seloroh, saya menjawab. Makkah ke Beijing, itu jaraknya 7.380 km. Lalu? Tiapkali ada kalimat, menyebut kata China, benak kita selalu saja meragu. Jangankan "hadits", barang datang dari negeri tirai bambu China itu, kemurniannya selalu saja kita ragukan. Apakah ia asli? Barang tiruan? Ataukah palsu?.

Gegara warisan kolonial, Indonesia tahunya, China saja. RRC sebenar-benarnya, RRT, sama saja. Republik Rakyat Tiongkok. Dideklarasi 1991 -- pasca tumbangnya kekaisaran Manchu (Ching) Da Qing Di Guo -- oleh Sun Yat Sen Zhonghua Minguo. Itulah negeri "Zhong Guo" itu. Lewat bahasa Hokkian, melafadznya; Tiongkok. Sebuah negeri di Asia Timur, seluas 9,69 km. Berpenduduk 1,4 miliar. Mula berdiri sejak 1949, pasca perang saudara. Partai politik satu-satunya, tunggal PKT.

Di negeri -- kini dipimpin Xi Jinping -- itulah sejak 27 Desember 2019 di Wuhan Hubei, Covid-19, si Coronavirus itu datang. Dan kini merayapi -- minus atlantik -- di alam raya ini. Telah mencekik mati ribuan orang. Sebab itulah manusia berlari. Menjauh. Takut jika di luar rumah, ada "hantu" Corona itu, menjegat. Stay at home saja. Bernaung, di bawah atap rumah. Sebaliknya, di negeri muasal virus itu, pasca bersembunyi, mereka kini ada di jalanan. Bertolak pinggang. Bagai, hero.

Mereka, warga Tiongkok itu, telah memenangi pertempuran. Mengusir "hantu" Corona itu, dari negeri tirai bambu. Ayal, WHO beserta sekian Kepala Negara dari ruang persembunyian mereka menyampaikan; "standing applause". Sementara Amerika Serikat, meski telah dua abad sebagai pengendali dunia tanpa competitor, masih panik. Sekuat dayanya, bersungut. Mempertahankan diri dari serbuan Covid-19, si Corona. Berbukti Tiongkok jauh lebih bersiap menghalau ancaman.

Dugaan Fareed Zakaria di dalam bukunya, "The Post American World" (2015), makin mendekati kebenaran. Pasca komunis Rusia rubuh, tingallah Amerika Serikat satu-satunya, negara adidaya pengendali dunia tanpa pesaing. Kata Zakaria, itu dulu. 25 tahun terakhir era pertaruhan global, kompetitor telah banyak bertebar. Paling siap, Tiongkok. Menerjang "hantu" tak mewujud saja, Tiongkok sukses, mengusir lewat kedigjayaan "Artificial Intelligence". Amerika Serikat, melongo.

Ini pertanda apa? Samuel Huntington dalam bukunya "Benturan Antarperadaban" (2001), telah meramal, pasca perang dingin, bakal ada perbenturan. Blok Barat versus Islam-Konfusius. Tidak hanya Huntington, banyak ilmuan lain meramal sama. Tapi, tak seorangpun menyana, andaikan terjadi. Tanpa benturan peradaban, senjata pemusnah, atau urusan dagang. Terjadi malah oleh karena Coronavirus tak mewujud. Mengalihkan, negara pengendali dunia. Amerika ke Tiongkok.

Mungkin ini berlebih. "Kami tak butuh kedudukan di matahari, tapi kami ingin merebut kembali kedudukan kami di matahari", tegas Xi Jinping dalam bukunya, "The Good Governance of China" (2015). Lalu oleh koleganya di Iran, Parsia sana mengolok "Tiongkok huwal awwalu wal akhiru". Artinya? Tanya kawan itu. Saya jawab, Sun Tzu, telah mewanti; "Setiap bencana, ada peluang di baliknya". Covid-19, awalnya dan akhirnya di Tiongkok. Sebab ilmu memang di negeri Tiongkok!

Makassar, 02 April 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun