Mohon tunggu...
Armin Mustamin Toputiri
Armin Mustamin Toputiri Mohon Tunggu... Politisi - pekerja politik

Menuliskan gagasan karena ada rekaman realitas yang menggayut di benak.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Chaerul (2), Berkarya di Tengah Arus Budaya Populisme

21 Januari 2020   10:36 Diperbarui: 21 Januari 2020   11:00 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Charul menemui Moeldoko (detik.com)

Bagai gula sedang dikerubungi semut. Seperti itulah posisi Chaerul saat ini. Chaerul, sekonyong-konyong mewujud sebiji gula. Manisnya tak kuasa dielak oleh pewarta untuk tidak dikerubungi. 

Maka terjadilah suatu masa ketika Chaerul sendiri tak sekali pun pernah menduga, dirinya bakal take off, melesat dari satu landasan pacu, terbang di angkasa raya hingga batas cakrawala. Lalu, landing di sebuah negeri antah berantah yang ia sendiri bingung dimanakah kini sedang berada.

Chaerul mengakui, semua kenyataan sedang dijalaninya bagai mimpi di sebuah negeri dongeng. Justru tekadnya tiada pupus merakit pesawatnya, musabab karena dirinya juga ingin merasakan terbang berkendara pesawat. 

Dan keinginan itulah yang membuat dirinya tak punya rasa gentar menerbangkan sendiri pesawat rakitannya meski belum dilengkapi sistem pengamanan. Namun apapun itu pokoknya mimpin untuk terbang sudah terwujud, sekalipun hanya sekian menit saja.

Jika kemudian hasilnya, kini jauh melampui dari yang dimimpikan, itulah konsokuensinya ketika tekad telah memuncak, Tuhan hadir menitip sebiji zarrah gula. Dan gula itu kini di berada dalam genggaman Chaerul yang dikerubungi pewarta. 

Menghantarkan dirinya masuk ke pusaran arus utama budaya populis di tengah pesatnya kemajuan teknologi. Tiba di dunia populisme, Chairul pun seolah bingung, gagap dan ambigu. Berada di simpang jalan, popularitas atau konsistensi.

Chaerul popular musabab karena dikerubungi pewarta. Pewarta mengerungi Chaerul musabab karena dia menggenggam gula, buah dititip Tuhan berkat konsistensinya meraih mimpi merakit  dan menerbangkan pesawat.

Demikian kenyataan sedang terjadi, antara Chaerul dan pewarta, bagai satu koin dua sisi mata uang, seolah tidak terpisah padahal hakikatnya terpisah. Pewarta, tetap saja pemburu berita. Chaerul tetap saja sumber berita. Keduanya saling membutuhkan.

Di tengah sikap membigu, Chaerul memerlukan bestari akal sehat dan sensitifitas bisikan nurani untuk tetap sadar membeda garis pemisah antara keduanya, meski tak semudah diduga banyak orang. 

Terlebih lagi di era arus budaya populis melanda saat ini. Antara mana pencitraan, serta mana substansi, garis selisihnya kini sangat tipis. Chaerul dikerubung semut karena punya gula. Jauh beda tafsirannya, andaikan semut mengerubungi Chaerul karena menjanji mereka gula.

Benar satu biji koin, tetapi tetap saja memiliki dua sisi mata uang. Menonton sinetron, kelirulah kita jika tak menikmatinya, tapi juga sangat jauh kelirunya kita jika sudah tak menyadari bahwa sinetron tetap saja sandiwara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun