Mohon tunggu...
AMRUL HAQQ
AMRUL HAQQ Mohon Tunggu... Seniman - Pendiri Media GelitikPolitik.com

Amrul Haqq merupakan penulis buku dan pendiri sekaligus pemimpin redaksi media online berbasis politik bernama GelitikPolitik.com.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Menggugat Iman

6 Juli 2021   01:31 Diperbarui: 6 Juli 2021   01:58 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: ralphhoweministries.com

Pengetahuan konseptual tentang keesaan Tuhan adalah iman universal utama. Ketika ketuhanan  dikembalikan sebagai dasar, maka kita akan bertemu dengan seluruh Iman Universal yang meniscayakan adanya Tuhan, apa pun agamanya. Dan tidak mesti yang bertuhan itu beragama. Kita tidak perlu mencampuradukkan ke-duanya karena banyak orang mempunyai faith without religion. Biar bagaimana pun, Tuhan lebih dahulu daripada agama itu sendiri.

Kita sering mendengar pesan orang, 'jangan gampang percaya'. Sebenarnya mempercayai sesuatu, secara prinsipal, tidak berkaitan dengan sikap kita mempersulit atau mempermudahnya. Yang terpenting adalah mengetahui prosedurnya.

Iman secara terminologis adalah produk koneksi konseptual subjek dengan objek. Koneksi bermacam dua; pertama, koneksi dengan objek melalui korespondensi yang disebut pengetahuan atau lebih khusus disebut persepsi rasional; kedua, koneksi dengan objek melalui hati, yang disebut  kesadaran atau disebut persepsi emosional (intuitif).

Kepercayaan adalah keniscayaan sikap dari koherensi subjek pengetahuan dengan konsep yang  ada dalam benaknya. Ia dapat berdiri tegak bila telah memuat tiga elemen. Faktor penentu dalam pengetahuan adalah kepercayaan. Pengetahuan, realitas dan justifikasi  berada dalam poros kepercayaan. Pengetahuan tanpa kepercayaan (keyakinan) tidaklah mungkin.  Kepercayaan, yang merupakan faktor penentu dan tolok ukur justifikasi, adalah faktor penentu dan poros pengetahuan partikular.

Manusia, di hadapan setiap premis atau pernyataan, terbagi tiga: 1) Menerima dan menjadi 'manusia berkeyakinan'. Sikap ini disebut dengan acceptance atau belief. Dalam kamus Arab, disebut al-yaqn. Dalam pustaka Islam disebut al-mn; 2) Menolak atau menentang dan menjadi 'manusia penolak' atau 'manusia penentang'. Sikap ini disebut dengan disacceptance. Dalam kamus Arab disebut al-inkr. Dalam pustaka Islam disebut al-kufr; 3) Tidak menerima sekaligus tidak menolak atau abstein. Sikap ini disebut dengan withold. Dalam kamus Arab dan pustaka Islam disebut al-syakk.

Pengetahuan konseptual tentang keesaan Tuhan adalah iman universal utama. Ketika ketuhanan  dikembalikan sebagai dasar, maka kita akan bertemu dengan seluruh Iman Universal yang meniscayakan adanya Tuhan, apa pun agamanya. Dan tidak mesti yang bertuhan itu beragama. Kita tidak perlu mencampuradukkan ke-duanya karena banyak orang mempunyai faith without religion. Biar bagaimana pun, Tuhan lebih dahulu daripada agama itu sendiri.

Ia terdiri atas dua prinsip. Pertama, prinsip bahwa Dzat Tuhan adalah sederhana (homogen), tidak terdiri atas bagian-bagian. Kedua, prinsip bahwa Tuhan tidak berbilang (Al-Ahadiyyah wa Al Wahdiyyah).

Ibn 'Araby dalam konsep Wahdat al-Wujud menggunakan kalimat Wujud untuk menyebut wujud Tuhan, yaitu wujud Tuhan dan tidak ada wujud lain selain Wujud-Nya yang berarti apapun selain Tuhan tidak memiliki wujud, meskipun pada waktu lain, Ibn "Araby menggunakan kata Wujud untuk merujuk pada selain Tuhan. Tetapi, Ia menggunakannya dalam pengertian metaforis (majaz) untuk mempertahankan bahwa wujud hanya milik Tuhan, sedangkan wujud yang ada pada alam hakikatnya adalah wujud-Nya yang dipinjamkan kepadanya. Seperti halnya cahaya hanya milik matahari, tetapi cahaya tersebut dipinjamkan kepada penghuni bumi. Hubungan antara Tuhan dengan alam sering digambarkan seperti hubungan cahaya dan kegelapan.

Pada tingkatan tertinggi, wujud adalah realitas Tuhan yang absolute dan tidak terbatas yakni wajib al Wujud. Dalam pengertian ini wujud menandakan esensi Tuhan atau hakikat satu-satunya realitas yang nyata pada setiap isi. Sedangkan pada tingkatan terbawah, wujud merupakan substansi yang meliputi segala sesuatu selain Tuhan, dalam hal ini merujuk pada segala sesuatu yang eksis, karena wujud juga dapat digunakan untuk merujuk pada eksistensi setiap dan segala sesuatu yang ditemukan dalam alam raya ini.

Al-Kindi (w 873 M) Mengatakan bahwa Tuhan hanya satu dan tidak ada yang serupa dengan Tuhan. Tuhan Maha Esa, selain dari Tuhan semuanya mengandung arti banyak. Tuhan adalah wujud yang sempurna dan tidak didahului wujud lain. Wujud-Nya tidak berakhir, sedangkan wujud yang benar (al-Haqq) adalah satu-satunya sebab, bukan yang asalnya tidak ada kemudian menjadi ada. Ia selalu mustahil tidak ada, Ia selalua ada dan akan selalu ada. Oleh karenanya, wujud Tuhan tidak berakhir wujud-Nya dan tiada wujud kecuali dengan-Nya.

Wujud Tuhan adalah Esa di dalam-Nya, namun terejawantahkan ke dalam berbagai wujud melalui penyingkapan diri, esensi Tuhan tak terpahami dan tak terjangkau, Ia adalah Yang Maha Wujud, yang mewujud melalui diri-Nya sendiri, pluralitas pengejawantahan bertumpu pada nama-nama Tuhan , yang dalam satu waktu bersamaan adalah satu sekaligus banyak. Menunjuk pada firman-Nya "Dia-lah Tuhan yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung pada-Nya segala sesuatu.Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tiada sesuatu-pun yang setara dengan Dia" kami yang banyak, berasal dari satu entitas yang tak bisa diakses dan tersendiri sebagai Dia, itulah entitas yang terkait dengan kiat yang memberi kita eksistensi, dan kita terkait dengan-Nya melalui eksistensi, demikianlah ia yang mengenal dirinya sebagai makhluk dan hal yang eksisten mengenal yang nyata sebagai pencipta dan sesuatu yang memberinya eksistensi", "ia yang mengenal dirinya berarti telah mengenal Tuhannya, karena ciptaan yang paling mengenal halihwal makhluk adalah yang paling mengenal hal-ihwal Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun