Lihat ke Halaman Asli

Yayu Yulianti

Pengajar di Sekolah Dasar

Ketika Hati Hadir dalam Pembelajaran

Diperbarui: 23 Oktober 2019   00:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Penulis ingin mengungkapkan pengalaman mengajar. Judul ini dirasa bisa menjadi media untuk mengungkapkan tujuan yang hendak disampaikan. Menjadi guru bukan perkara membuat siswa menjadi pintar, tapi yang diharapkan siswa juga memiliki sikap yang baik.

Degradasi moral menjadi alasan yang kuat untuk dilakukan revolusi mental. Itulah yang menjadi salah satu alasan pemerintah menerapkan Kurikulum 2013. Tapi kali ini penulis tidak akan membahas tentang kurikulum tersebut. Penulis hanya ingin membagikan pengalaman mengajarnya di sekolah dasar.

Mengajar menjadi rutinitas bagi seorang guru, kadang sebagai manusia biasa rasa penat, jenuh pun datang melanda. Bukan hanya itu, masalah pribadi dan gejolak hati seorang guru pun dapat mengancam keberhasilan pembelajaran. So, jadi guru jangan galau ya. 

Tapi namanya manusia tidak bisa lepas dari perasaan tersebut. Di saat itulah guru harus me-recharge semangatnya, supaya perannya di dalam pembelajaran menjadi maksimal. Tapi bagaimana caranya ya?

Nah ini yang jadi poin utamanya. Membuat guru merasa tetap semangat, fokus dalam kelas di tengah segala permasalahannya sebagai manusia biasa.

Rasanya mustahil ya. Pasti ada aja. Misalnya, lagi semangat mengajar tiba-tiba ada sikap siswa yang membuat guru bad mood, dapat kabar anak sakit, ada pesan di smartphone jatuh tempo bayar cicilan-cicilan, dan lain-lain . Alamaaaakk rasanya pelajaran hari itu ingin segera diselesaikan saja saat itu juga.

Tiba-tiba ingin makan sesuatu yang pedas, asem, asin, biar cenghar katanya atau pergi karaoke teriak-teriak sejenak untuk mengalihkan permasalahan. Rasanya berat menjadi guru ketika dalam posisi demikian, karena mau tidak mau pelajaran hari itu harus tetap diselesaikan. Karena guru profesional pantang meninggalkan kelas dan kewajibannya. Tapi sebegitu menderitanya?

Tidak juga sih, deskripsi di atas terlalu lebay alias berlebihan. Buktinya banyak guru-guru yang benar-benar menikmati pekerjaannya. Senyum merekah yang selalu diperlihatkan kepada murid-muridnya, sambutan hangat dari murid-muridnya setiap hari dan cinta hadir di sana. Hal yang membagiakan bagi seorang guru, ketika mengetahui murid-muridnya mencintai gurunya.

Cinta adalah anugerah Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT. Cinta merupakan sihir yang dapat melenyapkan perasaan negatif dalam kegiatan pembelajaran. Bisa dibayangkan ketika guru kelas 1 Sekolah Dasar, di saat dalam posisi sangat lelah luar biasa, bulatan hitam di bawah kelopak matanya dengan mata merahnya demi memenuhi tuntutan sebagai guru profesional, harus mengajar anak- anak dengan tingkah yang beragam.

Sesekali ada anak yang dengan sengaja menghapus tulisan guru di papan tulis, di pojok belakang siswa berlarian saling kejar, di salah satu bangku botol minum tumpah di sisi lain terdengar tangisan salah satu siswa, dan banyak lagi kejadian di hari itu. Tapi pembelajaran hari itu bisa diselesaikan dan tujuan pembelajaran tersampaikan dengan baik. 

Penulis melihat kejadian hari itu merupakan sihir dari yang namanya cinta. Cinta mampu mendamaikan hari itu. Tidak ada rasa marah dan teriakan, guru berusaha menjelaskan kepada siswa tentang perasannya saat itu, perlahan siswa tenang dan situasi kembali terkendali sampai pelajaran selesai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline