Lihat ke Halaman Asli

Yuli Anita

TERVERIFIKASI

Guru

Ketika Saya "Dipaksa" Belajar Kimia

Diperbarui: 2 Juli 2021   03:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pelajaran Kimia (Sumber: STOCKVAULT/GEOFFREY WHITEWAY)

Tidak seperti siswa sekarang yang mendapatkan pelajaran kimia sejak SMP (masuk dalam IPA), saya mendapatkan pelajaran kimia sejak kelas satu SMA.

Saat pertama kali mendapat pelajaran ini rasanya benar-benar "wah". Mengenal nama-nama unsur atau senyawa kimia sesuatu sekali rasanya.

Kalau biasanya kami mengatakan air, sekarang H2O, asam sulfat menjadi H2SO4, asam lambung menjadi HCl. Pokoknya begitu memakai istilah-istilah ini kami merasa beberapa digit lebih pintar dari sebelumnya.

Sampai nama bu guru pun kami otak-atik sendiri (ini contoh yang tidak baik). Bu guru kami namanya Bu Cusna. Beliau sangat pandai sehingga membuat kami kagum pada beliau. Sampai kami membuat gurauan bahwa beliau memang dilahirkan untuk menjadi guru kimia. 

Lihat saja namanya penuh unsur kimia "Cu (tembaga) + S (belerang) +Na (natrium)". Dasar anak SMA, usil sekali.

Saat mempelajari sistem periodik unsur saya dan teman-teman berusaha membuat jembatan keledai. Tapi karena banyak isengnya akhirnya yang bisa kami buat hanya untuk gas mulia yang terdiri dari He, Ne, Ar, Kr, Xe dan Rn. 

Apa jembatan keledainya? Nenek Ari Kurang Seksi.

Sistem Periodik Unsur | Sumber gambar: Guru Belajarku

"Lho, Rn-nya apa? Masa Raden?" tanya seorang teman. 

Berhubung kami orang Malang, kami tidak memakai Raden tapi Rek. Akhirnya menjadi He, "Nenek Ari Kurang Seksi Rek" (He.. He.."mekso" kalau kata orang Malang). 

Tapi rasa senang saya pada kimia semakin lama semakin memudar. Terlebih ketika materinya makin sulit dan saya tak berani bertanya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline