Lihat ke Halaman Asli

Rizal De Loesie

Seorang Lelaki Penyuka Senja

Puisi | Kalimat Semu yang Menajamkan

Diperbarui: 21 Maret 2020   17:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Rizal deLoesie

Jika kutulis sebuah sajak cinta

Katamu, aku jatuh cinta saat senja menua di belulangku

Ilalang tak lagi savana selain butiran kulit mati di jemari

Bila kutulis senandung syair tentang hidup mengalir

Katamu, jangan mengeluhkan karang dan lautan menghadang

Karena hidup adalah percobaan belajar membaca puisi

Dengan rima dan intonasi  yang tak sehati

Lalu anganku menangkap cahaya rembulan di tengah malam

Merasakan debar menyusuri teluk nadi

Hingga kurangkai kata yang berserak itu menjadi untaian doa pujian

*

Tetapi katamu lagi,

Imanku tak segaris lurus, ibadahku begitu kurus

Sangat tak pantas mementaskan syair ketuhanan itu

Karena aku juga tahu ketuhanan bagiku adalah jiwaku

Dalam perbincangan nurani di balik keikhlasan dan ampunan

Saat itu,

Kusadari ketidaksempurnaanmu menyentuh jiwa,

Tanpa kausadari temalinya menjerat kalimat-kalimatmu

*

Kini kutulis syair sebanyak rimba, sebanyak rindu

Di pokok-pokok kayu besar yang langka, udara lembab dedaunan basah

Di pucuk-pucuk rerumputan dan ranting

Tentang sepasang burung mungil kedinginan dengan doanya

Berbait-bait terjela bagai rotan hiasan di rumah-rumah dermawan

Yang menyimpan duitnya diam-diam

Di aliran sungai keruh dengan airmata penindasan dan kezaliman

Pada batu-batu yang menggoreskan perihnya kehidupan

Dan perihal dirimu yang terlamun kalimat-kalimat semu

Yang menajamkan


Bandung,2020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline