Mau jadi guru?....
Pertanyaan ini diajukan dengan nada meremehkan di jaman saya SMA (tahun 1987). Saya tidak pedulikan, saya ingin sekali menjadi guru matematika, karena terinspirasi pada guru matematika saya yang pintar dan saya selalu menjadi asistennya jika beliau berhalangan hadir. Karena orang tua tidak mengijinkan saya bersekolah di IKIP Jakarta (sekarang UNJ), akhirnya saya kuliah sesuai pilihan orangtua di Fakultas Peternakan. Setelah lulus kuliah keinginan menjadi guru selalu terbayang-bayang walau saya sudah bekerja dengan gaji tinggi. Hingga akhirnya saya mendapat tawaran mengajar di sekolah Pertanian, karena tidak ada guru matematika. Dan berlanjut hingga sekarang, saya sudah PNS, menjadi guru matematika di sebuah SMK Negeri Perikanan dan Kelautan.
Kilas balik kisah saya tadi adalah refleksi diri saya, setelah bertahun-tahun bergelut dengan tugas sebagai guru. Saya sedikit prihatin menyimak polemik-polemik yang membahas tentang latar belakang pendidikan guru. Ada yang berpendapat bahwa guru yang berlatar belakang non pendidikan dinilai tidak layak dalam melaksanakan tugas sebagai guru. Bagi saya, sebagai salah satu guru berlatar belakang non pendidikan sangat kecewa. Tidak semua guru yang ada sekarang adalah "siluman", tiba-tiba mengubah diri menjadi guru hanya karena pekerjaan guru kini adalah sebuah profesi dengan bonus kesejahteraan meningkat. Banyak sekali ditemui guru-guru yang notabene berlatar belakang non pendidikan berkarir menjadi guru karena panggilan hati bukan sekedar mencari nafkah saja, tetapi ibaratnya sudah mendarah daging, dan menjadi favorit siswa. Kinerja, kemampuan dan profesionalisme seorang guru bila dinilai secara obyektif, guru yang berlatar belakang non pendidikan dapat mensejajarkan diri dengan guru berlatar belakang pendidikan, bahkan ada juga yang cukup mumpuni.
Dengan perkembangan IT yang pesat dan terbuka bebas di dunia maya, menuntut guru supaya lebih profesional untuk berkompetisi mengembangkan kopetensinya. Guru matematika di jaman sekarang diharapkan tidak angker, tidak galak, tidak garing, tidak kuper, tidak gagtek dan tidak-tidak yang lain. Pelatihan-pelatihan yang dulunya terbatas pada jumlah peserta, waktu dan biaya, kini tidak lagi sebab ada sarana diklat yang berbentuk Online. Sudah beberapa kali P4Tk mengadakan Diklat Online bagi guru-guru matematika, dan saya menjadi salah satu pesertanya walau berlatarbelakang non pendidikan. Apalagi yang bisa saya katakan, selain selalu bersyukur pada Tuhan Yang Maha Kuasa, menjadi guru yang dahulu hanya dipandang sebelah mata, adalah pilihan yang tepat dalam hidupku. Semoga ilmu dan pengetahuan yang saya miliki dan kembangkan bermanfaat bagi generasi penerus bangsa, khususnya siswa-siswaku. Hidup Guru...
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI