Lihat ke Halaman Asli

Yosef MLHello

Bapak Keluarga yang setia. Tinggal di Atambua, perbatasan RI-RDTL

Minum Air Putih Saja Sudah Cukup Demi Kesehatan

Diperbarui: 27 September 2022   17:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pada sebuah pertemuan antar pimpinan tarekat yang secara tidak kebetulan saya sendiri yang memfasilitasinya, seorang pemimpin tarekat religius perempuan yang biasa dipanggil "Suster" berkata kepada teman-temannya: "Sebenarnya bagi kita air putih saja sudah cukup demi kesehatan kita". Dengan kata-kata ini sang biarawati itu mengingatkan teman-temannya yang kelihatannya subur-subur alias gemuk-gemuk.

Banyak kali saya mendengar teman-teman yang bertanya, "Mengapa kok kita sekarang ini sedikit-sedikit sakit ini, sakit itu. Sementara opa dan oma kita dulu jarang sekali mereka mengeluh sakit".

Ada yang serta merta menjawab bahwa karena kita sekarang ini lebih banyak makan dan minum yang manis-manis dan serba instan. Tidak suka makan yang natural. Banyak jenis makanan kita yang sudah terkontaminasi oleh banyak hal seperti pupuk, formalin, racun dan lain sebagainya.

Persoalannya adalah apa yang salah dengan konsumsi kita?

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan mengonsumsi makanan minuman manis karena memang tubuh kita juga butuh yang manis, tetapi mungkin harus dibatasi.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia memberikan rekomendasi asupan gula per hari yakni 10% dari total energi (200 kkal). Angka ini setara dengan 4 sendok makan per hari (50 gram/orang/hari).

Apa sebab perlu ada pembatasan? Pembatasan tersebut dilakukan karena ada bahaya yang tidak boleh dianggap sepele di balik manisnya rasa gula.

Untuk itu, kita perlu tahu beberapa bahaya dari konsumsi makanan manis yang berlebihan, yaitu:

Bahaya Obesitas

Menurut ilmu kesehatan, kadar gula yang berlebihan di dalam tubuh dapat meningkatkan risiko resistensi leptin. Leptin itu sendiri adalah protein yang dibuat dalam sel lemak yang beredar di aliran darah, dan diedarkan ke otak. 

Protein ini juga merupakan hormon penanda yang sewaktu-waktu mengingatkan kita sedang lapar atau kenyang. Sedangkan, resistensi leptin membuat seseorang tidak berhenti makan karena otak tidak merasa kenyang, meski kenyataannya sudah banyak makan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline