Lihat ke Halaman Asli

M.Dahlan Abubakar

Purnabakti Dosen Universitas Hasanuddin

'Mata Buntu' Air Terjun Gemuruh

Diperbarui: 24 Juni 2015   09:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1375421639871870671

[caption id="attachment_270163" align="alignnone" width="299" caption="Air Terjun "][/caption]

Laporan M.Dahlan Abubakar

Tidak lengkap rasanya berkunjung ke Kabupaten Luwu Timur jika tidak menyempatkan diri ke Mata Buntu. Apalagi bagi mereka yang 'pelancong mania'. Mata Buntu adalah air terjun yang sangat luar biasa dan 'dahsyat'. Mengapa luar biasa? Kondisinya bertingkat-tingkat. Jumlahnya hingga 20 tingkat. Ini juga sekaligus yang membuat dia luar biasa dan dahsyat dibandingkan kebanyakan air terjun lainnya.

''Mata Buntu'' sebenarnya bukan nama asli air tejun di Kecamatan Wasuponda Kabupaten Luwu Timur ini. Martinus Tomana, Ketua Dewan Adat Karonsie, seperti dilansir majalah ''Warta Lutim'' menyebutkan, nama dari sono-nya - sesuai bahasa asli setempat - 'Mata Buntu'' adalah Meruruno yang berarti gemuruh. Mengapa di sebut gemuruh? Rupanya, boleh jadi karena suara air yang suaranya gemuruh, karena jatuh dari tempat yang tinggi dan bertingkat-tingkat.

[caption id="attachment_270164" align="alignnone" width="640" caption="Penulis (kaos merah) bersama Mahasiswa KKN Unhas gelombang ke-85 Kec.Nuha Lutu Timur"]

1375421821800184753

[/caption] Nama 'Mata Buntu; sendiri menurut Martinus Tomano, tidak jelas kapan mulai digunakan. Tetapi dia menduga nama itu mulai digunakan orang sejak obyek itu dijadikan tujuan wisata. 'Mata Buntu' sendiri menunjuk makna juga, yakni mata air yang keluar dari batu yang bergelembung-gelembung.

Untuk menjangkau Mata Buntu, dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat. Dari Malili bisa dijangkau selama 40 menit dan 30 menit dari Sorowako. Hanya saja, jalan agak sempit. Jika mobil berpapasan, harus ekstra hati-hati dan mencari jalan yang agak lapang.

Udara Mata Buntu sangat sejuk. Hutannya masih perawan. Jika tidak turun hujan, airnya jernih. Namun jika sehabis hujan, airnya keruh, seperti ketika saya bertandang 30 Juli 2013 bersama Mahasiswa KKN Unhas Gelombang ke-85 Kecamatan Nuha Kabupaten Luwu Timur.

Untuk mendaki ke tempat teratas air terjun ini, harus merambahi ratusan anak tangga yang terbangun dari beton. Saya tidak sempat menghitung berapa banyak anak tangga tersebut. Di samping kiri kanan air terjun ini ada karstyang tinggi menjulang, setinggi gunung tempat air terjun itu berasal dan jatuh.

Di setiap tingkat air terjun ini terdapat tempat untuk bermanja-manja. Mandi bermalas-malasan. Tidak terlalu dalam. Hanya sebatas mata kaki jika pada saat air tidak meluap. Hanya yang dikhawatirkan, kalau-kalau tiba-tiba datang banjir besar saat kita bermandi-mandi. Jadi, pintar-pintarlah memperkirakan cuaca di hulu. Nanti bisa terseret banjir dan dibanting-banting air Mata Buru.

13754224081230394259

Bermanja-manja di Mata Buntu Salah seorang pengemudi mobil PT Vale yang megantar saya dari Sorowako ke Malili, 1 Agustus 2013 sore, mengatakan, konon air yang mengalur jatuh di Mata Buntu bersumber dari sebuah sungai. Sungai itu terhubung dengan salah satu dari tiga danau di kawasan Luwu Timur (Matano, Towuti, dan Mahalona). Dia juga tidak menjelaskan danau mana yang airnya terjun menjadi obyek wisata di Mata Buntu itu.

Namun menurut Martinus Tomana, air yang terlihat 'terjun bebas' di Mata Buntu bersumber dari bebatuan. Dari situlah air tersebut tidak henti-hentinya mengalir. Kalau kita perhatikan derasnya air mengalir, sungguh sulit membayangkan derasnya air tersebut jika tidak bersumber dari lokasi yang memang stok airnya berlimpah. Saya selalu bertanya bagaimana bentuk hilir air terjun ini. Mungkin ini yang perlu diteliti oleh mereka yang senang dengan wisata petualangan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline