Lihat ke Halaman Asli

Pramudya Arie

Penulis Indonesia

Mendekonstruksi Kebijakan Penghapusan Ekstrakurikuler Pramuka Dari Sekolah

Diperbarui: 4 April 2024   22:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Kwarcab Gunungkidul

(Sebuah tulisan untuk mengenang sahabat-sahabatku anggota "Regu Kancil" dan kegiatan Persami (Perkemahan Sabtu Minggu) tahun 1988 Gudep SMPN 7 Bunga Matahari Banjarmasin)

Sebagai salah satu unsur budaya dan pendidikan yang telah merajai Indonesia selama beberapa dekade, ekstrakurikuler Pramuka telah menjadi bagian tak terpisahkan dari pengalaman pendidikan siswa. Namun, bayangan akan kebijakan Mendikbud yang menghapuskan ekstrakurikuler Pramuka dari sekolah telah menggugah perdebatan sengit di berbagai lapisan masyarakat. Dalam opini ini, kita akan mengeksplorasi implikasi, kontroversi, dan pertimbangan yang terlibat dalam penghapusan ekstrakurikuler Pramuka dari sekolah.

Menggali Akar Tradisi Pramuka

Sebelum kita melangkah lebih jauh, penting untuk memahami akar tradisi Pramuka di Indonesia. Gerakan Pramuka pertama kali diperkenalkan oleh Bapak Pendiri Indonesia, Soekarno, pada tahun 1961. Tujuannya bukan hanya untuk melatih keterampilan bertahan hidup dan kecakapan fisik, tetapi juga untuk membentuk karakter siswa yang tangguh, mandiri, dan bertanggung jawab.

Seiring berjalannya waktu, Pramuka telah menjadi lebih dari sekadar kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Ini telah menjadi suatu simbol identitas nasional yang memperkuat nilai-nilai kebersamaan, kepemimpinan, dan kepedulian lingkungan. Melalui prinsip-prinsip dasar seperti "Dasa Darma", yang menekankan pada kejujuran, kerja sama, dan kedisiplinan, Pramuka telah membentuk karakter dan moralitas generasi muda Indonesia.

Implikasi Penghapusan Ekstrakurikuler Pramuka

Penghapusan ekstrakurikuler Pramuka dari sekolah dapat memiliki sejumlah implikasi yang signifikan. Pertama-tama, ini dapat mengguncang pondasi nilai-nilai tradisional yang telah ditanamkan dalam pendidikan Indonesia. Pramuka tak hanya persoalan keterampilan bertahan hidup atau pengembangan keterampilan praktis; ini tentang membentuk karakter dan moralitas siswa.

Kedua, penghapusan Pramuka dapat mengurangi kesempatan bagi siswa untuk terlibat dalam kegiatan di luar kelas yang berpotensi membentuk keterampilan sosial, kepemimpinan, dan tanggung jawab. Pramuka sering kali menjadi tempat di mana siswa dapat belajar untuk bekerja sama, memimpin, dan mengatasi tantangan bersama-sama. Tanpa Pramuka, siswa mungkin kehilangan kesempatan penting untuk pertumbuhan pribadi mereka.

Selain itu, penghapusan Pramuka dapat memengaruhi hubungan antara sekolah dan masyarakat. Pramuka sering kali melibatkan partisipasi aktif dari komunitas lokal, baik melalui kegiatan pengabdian masyarakat, perkemahan, atau acara lainnya. Dengan menghapuskan Pramuka, sekolah mungkin kehilangan kesempatan untuk memperkuat ikatan dengan masyarakat sekitar.

Kontroversi dan Pertimbangan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline