Lihat ke Halaman Asli

Wiwin Zein

TERVERIFIKASI

Wisdom Lover

Penampakan "Hantu" di Hutan Bambu

Diperbarui: 5 Oktober 2020   08:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi hutan bambu (pixabay.com)

Berikut ini merupakan sebuah cerita semi fiksi. Cerita yang cukup menakutkan itu memang pernah terjadi. Hanya saja cerita kemudian dimodifikasi untuk menambah kesan horor, sehingga terasa lebih seru. Selamat menyimak! 

Jarak antara kampung Leuweung dengan kampung Babakan lumayan jauh, sekira 3 kilo meter. Tak ada akses jalan yang menghubungkan antara dua kampung itu kecuali jalan setapak, melewati perkampungan, pesawahan, perkebunan, dan hutan bambu .

Sore itu langit di kampung Leuweung mendung, hujan pun turun cukup lebat. Cuaca terasa dingin menggigit kulit.

Abdul, seorang pemuda tanggung yang baru berjalan beberapa puluh meter pulang dari kampung Leuweung menuju kampung Babakan pun terpaksa menepi berteduh dulu di bawah sebuah pohon tua yang cukup besar. Sekira 45 menit kemudian hujan pun mereda. Tetapi hujan masih turun rintik-rintik.

Waktu menunjukkan sekira pukul 17.30 WIB. Sebentar lagi waktu maghrib tiba. Sedangkan perjalanan ke kampung Babakan masih jauh, memerlukan waktu sekira 45 menit lagi.

Abdul berfikir, jika dirinya terus berteduh di sana pasti akan kemalaman. Oleh karena itu walaupun hujan masih rintik-rintik, Abdul memaksakan diri kembali meneruskan perjalanan.

Agar kepalanya tidak terlalu basah oleh air hujan, Abdul membuka jaket kumalnya. Jaket itu kemudian dipakaikan untuk menutupi kepalanya.

Dalam kondisi jalan yang licin nan berlumpur, Abdul terus melangkahkan kakinya. Batas perkampungan pun telah Abdul lewati.

Sekarang Abdul memasuki jalan pesawahan. Abdul berjalan di atas pematang sawah yang tidak terlalu lebar. Langkah kaki Abdul agak tersendat-sendat karena keadaan semakin gelap.

Waktu sudah hampir mendekati maghrib. Jalan pesawahan telah Abdul lalui. Sekarang Abdul memasuki jalan yang melewati perkebunan.

Abdul mempercepat langkah kakinya. Ia tak ingin kemalaman di perjalanan. Apalagi Abdul ingat malam itu adalah malam jum'at kliwon.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline