Lihat ke Halaman Asli

Wistari Gusti Ayu

Saya seorang guru

Mengapa Anak Kecil Pindah Keyakinan?

Diperbarui: 13 Agustus 2019   08:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Libgar.com

Seperti yang saya sering saya ceritakan, saya bekerja di sebuah sekolah SMP yang terdapat di desa yang penduduknya multikultural. 

Pada liburan semester kemarin, ada seorang anak perempuan diajak pamannya menemui kepala sekolah di SMP tempat saya mengajar. Rencananya dia akan pindah ke sekolah kami, sebelumnya dia bersekolah di sebuah SMP di Kota Malang. 

Karena sang ibu bercerai (Bali) dengan sang ayah (Jawa), dan si anak karena masih di bawah umur di asuh oleh ibunya yang kini kembali ke tanah kelahirannya di Bali, dan sang ibu tinggal bersama saudara laki-lakinya. Nah, saudara laki-laki ibunya inilah yang kemudian bertanggung jawab menyekolahkan si anak ini.

Tahun pelajaran barupun dimulai, setiap sekolah di Indonesia, mengajarkan pelajaran Agama dan Budi Pekerti. Tiba-tiba guru agama Hindu ragu, mengapa dalam pelajarannya ada seorang anak yang bernama Ayu Hafidah. Bukankah itu nama seorang yang bernuansa Islam.

Dan bahkan terselip juga anak yang bernama Muhammad Ferdian, yang mengikuti pelajaran agama Hindu. Serta I Putu Kevin dari Hindu menjadi beragama Kristen, kerena mengikuti kepercayaan ayahnya yang pindah agama menjadi Kristen, serta Ni Putu Nyimas yang awalnya beragama Hindu kemudian mengikuti neneknya yang berasal dari Jawa dan kini beragama Islam.

Guru Agama Islam,  Hindu, maupun Kristen di sekolah saya pun seolah berubah menjadi penyidik, mengikuti kisah mereka dari awal. Sama seperti kisah Ayu, Ferdian juga mengikuti ibunya yang menikah dengan orang Bali yang beragama Hindu, dan ia sekarang mengikuti kerpercayaan ayah tirinya. Namun dari kedua anak ini mengaku belum pernah secara resmi mengikuti prosesi pindah agama.

Lalu, bagaimana mereka menjalankan agama baru yang mereka peluk ? Anak kecil seperti ini, yang awalnya mengikuti kepercayaan orang tuanya, ternyata tidak pernah mempermasalahkan agama baru yang mereka anut. 

Dan yang tak kalah pentingnya yang harus kita pahami dan pelajari dari mereka ternyata anak kecil semacam ini, yang menjadi fokus pemikirannya adalah "Adanya Satu Tuhan", bukan masalah agama yang mereka anut. 

Mereka bisa menjalankan agama barunya, dengan konsep Tuhan yang hanya ada satu  itu walaupun dengan cara dan kebisaaan atau ritual baru. Entahlah fenomena apa yang terjadi, tapi inilah kenyataan yang terjadi yang mungkin harus kita hargai.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline