Lihat ke Halaman Asli

Widoko

Menyukai semua hal yang inspiratif

Once Upon A Time in China

Diperbarui: 15 Juni 2020   14:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis dengan Beberapa Teman di Yangzhou University, China (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Once Upon A Time In China. Cowok ABG generasi 80 an dan 90 an pasti sangat akrab dengan film itu. Atau paling tidak, tidak asing dengan nama tokoh legendarisnya, Wong Fei Hung. Si gundul berambut panjang, demikianlah kami di SD dulu menyebutnya.

Sekitar 20 tahun setelah film itu direlease, alhamdulillah, dengan beberapa teman saya berkesempatan berkunjung ke sana. Suasana China sekarang ternyata sangat jauh berbeda dengan apa yang terlihat dalam film tersebut. Mata ini tidak menjumpai pedesaan atau rumah-rumah pribadi, yang tersebar adalah gedung-gedung tinggi menjulang dan fly over yang panjang, lebar dan bersilangan.

Karena banyak sekali film kungfu yang beredar di Indonesia, saya dulu mengira semua orang China bisa kungfu. Lucunya, karena kita tinggal di pulau-pulau yang dikelilingi air, orang China yang saya temui mengira kita semua pandai berenang. Ha.. ha...ha...

Selain kungfu dan renang ada hal-hal lain yang begitu berbeda dengan negeri kita..

Di toko-toko China saya sangat kesulitan mencari produk Indonesia. Di Indonesia saya sangat kesulitan mencari toko yang tidak menjual produk China.

Di mall-mall Indonesia office boy dan office girl adalah anak muda-muda fresh graduate yang gagah dan cantik. Di mall-mall China saya jumpai pekerjaan seperti itu dikerjakan orang-orang tua yang sudah memasuki usia senja.

Di Indonesia banyak sekali rumah-rumah besar, namun jalan-jalannya sempit. Di China rumah-rumah (apartemen) begitu sempit, namun jalan-jalannya lebar.

Museum-museum hebat, taman-taman tertata, bangunan-bangunan mencengangkan, ilmu pengetahuan, transportasi, teknologi tinggi, dalam banyak hal, kita sangat jauh ketinggalan. Dalam matematika, peringkat PISA menjadi tambahan buktinya.

Juga, salah satu yang sangat berbeda adalah etos kerja. Saat kami berjalan santai, hampir semua orang disana begitu tergesa, entah mengejar apa. Lembur sendiri di lantai 8 sudah biasa, meski tak ada pengawasnya. Mereka terlambat begitu malunya, kita satu jam lewat? Aahhh banyak temannya. Cita-cita besar mereka adalah menguasai dunia, sedang cita-cita terbesar kita punya rumah dan mobil mewah hasil impor tetangga..

Dan hari ini rasa berbeda itu semakin menemukan kepedihannya, ketika hasil ujian anak-anak menunjukkan modus 1, 2, dan 3, sedang peringkat PISA menunjukkan China berada pada puncak-puncak tertinggi peringkat dunia.

Tak bisa membayangkan jika akhirnya pekerjaan anak-anak muda bangsa kita ini hanya setara dengan apa yang dikerjakan orang-orang berusia senja di negeri sana. Akankah di negeri sendiri (juga di pentas global) selamanya kita hanya akan menjadi seperti Unyil yang dihajar oleh Wong Fei Hung dalam film "Once Upon A Time In China"...?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline