Lihat ke Halaman Asli

Widodo Antonius

Guru SD Tarsisius Vireta Tangerang

Tabur Tuai di KRL Joglo: Tentang Kebaikan yang Menular

Diperbarui: 1 September 2025   06:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aktivitas Penumpang KRL : Sumber Pixabay

Tabur Tuai di KRL Joglo: Tentang Kebaikan yang Menular

Oleh: Widodo, S.Pd.

Pendahuluan
Saya sangat tertarik dengan kehidupan tabur tuai, sebuah filosofi sederhana namun penuh makna: apa yang kita tanam, itu pula yang kita tuai. Pemahaman itu semakin hidup ketika saya mengalaminya sendiri di sebuah perjalanan KRL jalur Yogyakarta--Palur (KRL Joglo). Perjalanan penting dan mendesak untuk mengantarkan berkas putri saya yang sedang bersiap magang kerja ke Jepang, ternyata menghadirkan pelajaran berharga. Di dalam gerbong kereta, saya menemukan sebuah fenomena sosial yang menyejukkan: bahasa daerah yang lembut, sikap santun, dan keramahtamahan yang masih kental. Di sinilah saya menyaksikan wujud nyata dari random act of kindness---kebaikan yang hadir tanpa pamrih, tiba-tiba, dan tulus.

Pembahasan
Saya berangkat dari Tangerang menuju Yogyakarta, kemudian melanjutkan perjalanan dengan KRL Yogyakarta menuju KRL Joglo. Pagi itu, suasana kereta sangat padat---hari Senin, awal minggu, dan awal bulan, membuat mayoritas penumpang terdiri dari pekerja kantor, buruh pabrik, pedagang, hingga mahasiswa. Saya tidak mendapat tempat duduk.

Di tengah riuh rendah suasana, tiba-tiba seorang mahasiswa muda menepuk bahu saya dan mempersilakan saya duduk di kursinya. Saya sempat tercenung. Di zaman sekarang, masih ada anak muda yang peduli pada orang yang lebih tua. Perbandingan pun terlintas di benak: ketika naik bus di jalur Tangerang--Jakarta, jarang sekali saya menemukan kepedulian seperti itu.

Dalam perjalanan pulang dari Palur ke Yogyakarta, saya justru mendapatkan tempat duduk lebih dahulu. Namun di tengah perjalanan, naiklah seorang kakek yang tampak kelelahan. Tanpa pikir panjang, saya berdiri dan mempersilakan beliau duduk. Ada rasa senang yang tak bisa dijelaskan. Urusan saya lancar, dan hati saya pun ringan.

Momen sederhana itu mengingatkan saya pada pepatah yang sering diucapkan ayah saya: siapa yang menabur kebaikan, akan menuai kebaikan. Saya teringat pula bagaimana ayah saya dulu sering mendapat pertolongan orang lain di perjalanan. Rupanya, sikap itu menurun juga kepada saya: berbagi tempat duduk di KRL, meskipun sederhana, ternyata juga sebuah bentuk tabur tuai.

Penutup
Perjalanan di KRL Joglo itu bukan hanya soal berpindah dari satu kota ke kota lain. Ia menjadi perjalanan batin yang mempertemukan saya dengan wujud nyata kebaikan acak yang menular, kebaikan kecil di transportasi umum. Bahasa yang lembut, perilaku yang sopan, dan karakter mahasiswa yang ramah membuat saya yakin: random act of kindness bukan hal langka di negeri ini---hanya perlu kita mulai, kita lanjutkan, dan kita tularkan.

Karena itu, saya percaya bahwa tabur tuai bukan hanya filosofi, melainkan cara hidup. Apa yang kita lakukan hari ini---sekecil apa pun---bisa jadi akan kita panen esok hari, atau bahkan diwariskan pada generasi setelah kita.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline