Lihat ke Halaman Asli

Widiya Astuti Alam Sur

Lecturer, mathematician

Menyusuri Keindahan Kawasan Agrowisata Muntea Bantaeng

Diperbarui: 3 April 2019   08:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok.pri @Muntea Highland

Bantaeng, 30/03/2019

Berbicara  tentang traveling, sebenarnya saya tipe orang  yang tidak begitu suka bepergian.  Alih-alih liburan ke alam terbuka, menghabiskan waktu untuk sekedar jalan-jalan, saya masih mikir.  Saya lebih betah tinggal di rumah, menghabiskan waktu  dengan baca buku, ataupun nonton film (kegiatan yang tak menguras energi,  heheee).

Akan tetapi, trip kali ini berbeda.  Perjalanan kali ini jauh lebih berkesan daripada hanya sekedar duduk selonjoran sambil baca buku atau mantengin layar. Yapph, Jumat 29 Maret 2019 sore, saya dan beberapa teman dari Kelas Inspirasi Bulukumba, berangkat ke Bantaeng untuk sama-sama berkunjung ke Kawasan Agrowisata yang bertempat di  Dusun Muntea, Desa Bonto Lojong, Kecamatan Uluere, Kabupaten Bantaeng.

Sebelum berangkat, terlebih dahulu kami kumpul di kota Bantaeng. FYI, perjalanan dari Bulukumba kota ke Bantaeng kota, memakan waktu + 45 menit. Sementara, jika berangkat dari Makasssar akan memakan waktu + 3 jam. 

Sebagai titik kumpul, Pak Amir dan Pak Ridwan, penyiar dan teknisi Radio Antar Penduduk Bantaeng, telah menantikan kedatangan kami di kantornya di kota Bantaeng. Pak Amir dan Pak Ridwan jugalah yang kemudian menjadi penunjuk jalan dan leader dalam perjalanan kali ini.

Dari Bantaeng kota, kami  berangkat menuju puncak Muntea. Perjalanan dari kota ke puncak Muntea ini menghabiskan +1 jam. Dengan ketinggian + 1200 mdpl, jalan yang  dilalui  penuh dengan tanjakan dan tikungan tajam. 

Jika berniat untuk berkunjung ke Muntea dengan mobil,  make sure driver Anda mempunyai jam terbang tinggi dan sudah terbiasa dengan medan berat. Begitupun mobil yang kita gunakan sebisa mungkin dengan mobil yang ber-cc tinggi. Ini penting, karena salah sedikit, mobil akan berhenti di tengah tanjakan yang sekaligus tikungan tajam, dengan kanan kiri kita jurang. 

Dan yang tidak kalah penting, semakin mendekati Muntea, suhu udara akan semakin dingin. So,siapkan jaket yang tebal, dan hangatkan tubuh anda sebisa mungkin. Jika berniat ke sana, silahkan diikuti https://goo.gl/maps/UtLuVacowpm

Sekitar jam 8 malam, akhirnya kami tiba di  tempat penginapan yang telah disiapkan Pak Amir dan Pak Ridwan. Penginapan  ini sebenarnya adalah rumah warga yang katanya memang sering digunakan sebagai tempat pertemuan. Sang penghuni rumah menempati tempat di lantai bawah, sedangkan para tamu menempati lantai atas. 

Penginapan kami ini sangat dekat dengan spot tebing muntea yang konon tempatnya instagramable dan lagi hits di Sul-Sel. Dengan hanya berjalan kaki sekitar 100 meter, maka kita akan menemui berbagai suguhan panorama alam yang indah, disertai pemandangan hasil-hasil pertanian khas daerah puncak seperti ladang kol, bawang, kentang, strawberry,  wortel, dan tomat. 

Swafoto berlatar belakang jalan dan ladang di dusun Muntea

Sayangnya, kedatangan kami tidak bertepatan dengan musim panen. Jadi hasil ladang yang bisa kami bawa pulang hanya kentang dan bawang. Itupun hanya stok yang bakal dijadikan bibit untuk musim tanam selanjutnya. Tapi ada bagusnya juga sih, karena kita bisa menyaksikan langsung tanaman-tanaman tersebut masih ada di ladang.

Tebing Muntea

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline