Lihat ke Halaman Asli

Pembiasaan Jumat Bersih, Tangga Karakter dan Profil Pelajar Pancasila

Diperbarui: 7 Januari 2023   11:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Murid-murid SMPN  164 membersihkan selokan. (Foto: Dokumentasi sekolah)

Jumat pagi. Matahari memancarkan sinarnya. Murid-murid pun bahagia. Para guru demikian juga. Tak ada satu pun murid yang terlambat tiba di sekolah. Mereka tidak tertahan oleh hujan. Mereka tidak terhambat jalan yang tergenang. Mereka tidak terhalang oleh kabut yang menghadang di sepanjang perjalanan. Mereka tidak terlambat karena angkot dan ojol tidak terkena macet di jalan.

Pagi ini, para wali kelas sudah siap menuju ruang kelas masing-masing untuk Pembiasaan Jumat Bersih. Pembiasaan dilakukan untuk membangun Profil Pelajar Pancasila, gotong royong. Dengan menanamkan profil gotong royong diharapkan para pelajar ini nantinya siap berkolaborasi dan bersinergi. Pelajar yang nantinya akan membangun bangsa. Bangsa yang beradab, bangsa yang unggul dan kuat. Bangsa yang berkarakter.

Terdengar suara lantang Bu Suziana dari ruang guru. “Pembiasaan hari ini adalah Jumat Bersih. Silakan separuh anak dari tiap kelas turun ke lantai bawah untuk kerja bakti. Sementara itu separuh anak lainnya membersihkan ruang kelas bersama para wali kelas.”

”Kok tidak semua murid ke bawah, Pak?” Tanya Bima dan Ganen.

”Hayo siapa bisa menjawab pertanyaan Bima dan Ganen?”

”Biar nggak kebanyakan orang Pak.” Jawab Ros.

”Betul pendapat Ros, anak-anak?”

”Iya Pak, betul.”

”Apakah Bima dan Ganen mengerti maksud jawaban Ros?”

”Iya Pak, mengerti.”

Jumlah murid di SMPN 164 saat ini adalah 896 anak sehingga tidak efektif jika semua anak ikut kerja bakti. Para guru juga akan kesulitan memantau pergerakan setiap anak. Biasanya yang terjadi bukannya kerja bakti, tetapi bercanda. Ada yang lari-larian, ledek-ledekan, ciprat-cipratan air, lempar-lemparan rumput dan sebagainya, sehingga tujuan menbersihkan kelas, membersihkan lingkungan sekolah tidak tercapai. Makanya diambil kebijakan hanya separuh anak tiap kelas yang turun ke lantai bawah untuk kerja bakti, bergotong royong.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline