Lihat ke Halaman Asli

hubungan antara stres akademik dan kecemasan pada mahasiswa tingkat akhir

Diperbarui: 6 Oktober 2025   23:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto wisuda (phinters foto)

"Stres akademik pada Mahasiswa Tingkat Akhir"

Stres akademik merupakan masalah umum di lingkungan pendidikan, didefinisikan sebagai perasaan tekanan akibat tuntutan akademik, termasuk beban tugas, ekspektasi profesor dan orang tua, serta keharusan menyelesaikan tugas akhir tepat waktu (Tasalim & Cahyani, 2021). Gejala stres ini bervariasi, meliputi reaksi fisiologis seperti sakit kepala, gangguan tidur (insomnia), kelelahan, dan detak jantung cepat; serta reaksi psikologis seperti emosi tidak stabil, mudah tersinggung, kecemasan, kurang konsentrasi, gangguan ingatan, hingga depresi (Colman, 1999 dalam Nasir, 2011; Ratnaningtyas & Fitriani, 2019).

Di STIKES Katolik St. Vincentius A Paulo Surabaya, mahasiswa tingkat senior menunjukkan kondisi serupa. Survei awal pada 10 mahasiswa mengindikasikan 90% mengalami gejala stres akademik (sakit kepala, kecemasan, ketegangan leher), dan 80% menunjukkan kualitas tidur buruk---tidur kurang dari 7 jam, lelah saat bangun, dan mengantuk di siang hari. Kondisi ini secara langsung berdampak pada pencapaian hasil belajar karena penurunan konsentrasi dan perubahan mood (Timotius, 2018).

Data penelitian lain menguatkan temuan ini. Mahasiswa tingkat senior dilaporkan banyak mengalami stres sedang (60,9%) dan stres ringan (48,1%) (Ratnaningtyas & Fitriani, 2019), dengan persentase signifikan (94,3% pada stres sedang) memiliki kualitas tidur buruk. Studi lain pada mahasiswa menunjukkan 61% mengalami stres sedang dan 17% stres berat (Zurrahmi et al., 2021).

Faktor pemicu stres akademik sangat beragam, meliputi:

  1. Tuntutan Tugas Akhir: Beban revisi yang banyak, kesulitan mencari literatur, tekanan deadline, dan interaksi dengan pembimbing (Tasalim & Cahyani, 2021).

  2. Faktor Internal: Kurangnya pengelolaan waktu yang efektif dan motivasi akademik yang rendah.

  3. Faktor Eksternal: Persaingan dengan teman sebaya dan kekhawatiran terkait prestasi atau kegagalan akademis (Fawzy & Hamed, 2017).

Stres yang berkepanjangan dapat menyebabkan individu mengabaikan pola hidup sehat, seperti melewatkan waktu makan dan begadang untuk menyelesaikan tugas. Stres dan beban tugas akhir membuat mahasiswa sulit bersantai, yang memicu gangguan tidur atau sering terbangun, sehingga merusak kualitas tidur mereka (Potter & Perry, 2012). Oleh karena itu, penting untuk mengkaji lebih dalam hubungan antara tingkat stres akademik dan kondisi fisik/psikologis mahasiswa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline