Lihat ke Halaman Asli

ulif hieba

Mahasiswi di UIN Salatiga

Gus Dur: Tokoh Bangsa yang Humoris namun penuh makna

Diperbarui: 10 Mei 2025   09:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Abdurrahman Wahid, atau yang akrab disapa Gus Dur, adalah salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah Indonesia. Ia bukan hanya seorang presiden, tapi juga seorang kiai, budayawan, pemikir, dan pejuang kemanusiaan. Walau sering terlihat santai dan suka bercanda, pemikiran-pemikirannya sangat dalam dan berani.

Siapa Sebenarnya Gus Dur?

Gus Dur lahir pada 7 September 1940 di Jombang, Jawa Timur. Ia berasal dari keluarga pesantren yang sangat dihormati. Kakeknya, Hasyim Asy'ari, adalah pendiri Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Islam terbesar di Indonesia. Ayahnya, Wahid Hasyim, pernah menjadi Menteri Agama pertama di Indonesia.

Sejak muda, Gus Dur sudah dikenal sebagai pribadi yang cerdas. Ia belajar di dalam dan luar negeri, termasuk di Mesir dan Eropa. Tapi yang membuatnya menonjol bukan hanya kecerdasannya, melainkan juga keberaniannya dalam menyuarakan keadilan.

Presiden yang Berbeda

Gus Dur menjadi Presiden Indonesia ke-4 pada tahun 1999, di masa yang penuh gejolak setelah runtuhnya Orde Baru. Di masa jabatannya, ia melakukan banyak hal yang mengejutkan. Misalnya, ia membuka ruang kebebasan beragama dan memperjuangkan hak-hak kelompok minoritas.

Gus Dur juga berani mengambil keputusan yang tidak populer, seperti menghapuskan larangan terhadap budaya Tionghoa yang sebelumnya dilarang tampil di ruang publik. Bahkan, ia menetapkan Imlek sebagai hari libur nasional. Hal ini membuat banyak orang merasa dihargai dan diakui sebagai bagian dari bangsa Indonesia.

Suka Bercanda, Tapi Bukan Main-main

Yang menarik dari Gus Dur adalah gaya bicaranya yang santai dan penuh humor. Banyak orang tertawa mendengar lelucon-leluconnya, tapi di balik candanya itu selalu ada pesan yang dalam. Misalnya, ketika ditanya soal isu agama dan politik, ia pernah menjawab sambil tertawa, "Tuhan tidak perlu dibela, yang perlu dibela itu rakyat miskin."

Kalimat seperti itu terdengar ringan, tapi sebenarnya mengandung kritik tajam terhadap mereka yang memakai agama untuk kepentingan politik.

Warisan Gus Dur

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline