Lihat ke Halaman Asli

Mustyana Tya

Penulis, jurnalis dan linguis

Berjalan dari Lawang Sewu Sampai Masjid Ungu di Semarang

Diperbarui: 27 November 2017   11:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok.pribadi

Setelah puas memotret kota tua Semarang, kini saatnya beralih ke destinasi paling populer di Semarang. Apalagi kalau bukan Lawang Sewu alias pintu seribu. Di dalam sini ada beberapa rumah dan rumah inti dengan 1000 pintu. Awalnya diketahui ini adalah kantor perkereta apian jadi jangan mikir terlalu mistis lah di sini. 

Di Lawang Sewu terpajang banyak perangkat perkeretaapian zaman dahulu kalaberikut ceritanya. Arstektur Lawang Sewu juga makin bagus. Catnya tampak baru, ga ada kayu yang reot ala bangunan tua gitu. Semua tampak sempurna dan penuh pesona. Di sini sebenarnya bisa banget foto instagramable tapi sedihnya solo traaveling itu ya gak ada yang motoin. Sekalinya difotoin ga jelas muka sama background kemana-mana. Ampun. 

Alhasil foto sekadarnya aja lah yang penting hepi. Trus juga Lawang Sewu juga besar banget tapi ruanganya banyak yang kosong. Karena gue ke sini pas weekday jadi gak terlalu rame, nah ini poinnya. Kalau lu sendirian di salah satu ruangan aja, kerasa tuh hati gak enak, berasa ada yang ngeliatin. Entah itu sugesti atau perasaan atau gue parno.

Jadi kalau ada massa berkerumun buru-buru deh nimbrung biar merasa ada temannya dan gak ilang sendiri. Nah puncaknya itu adalah saat kita ke lantai tertinggi di Lawang Sewu. Di sana udah ada belasan kelalawar menggantung. Semua dindingnya dari kayu, kotor dan sebagian lapuk. Ini nih baru beneran horor. Selentingan omongan orang bilang kalau tempat ini adalah tempat uji nyali. Iya emang pas banget cut, gw ga mau lama-lama di sini langsung turun. Dan turunnya itu cuma ada tangga yang kecil. Gila kalau kabur rame-rame susah nih. 

Dok.pribadi

Dok.pribadi

 

Dok.pribadi

Dok.pribadi

Ok, dari sini berasa harus menyucikan diri ke masjid fenomenal ala Madinah alias Masjid Agung, Semarang. Rutenya lumayan rumit karena gak terletak di tengah kota melainkan pinggir kota dan di depannya ada jalan raya kecil. Jadi gw dari naek angkot harus naek becak lagi dan itu rutenya muter-muter banget. Akhirnya nyampe-nyampe kelaperan. 

Masuk ke dalam masjid benar-benar terasa ini masjid tidak terawat, parkir semrawut dengan tumbuhan juga gak jelas arah tumbuhnya dan banyak sampah. Catnya juga udah pudar, masih bagusan lawang sewu dah. padahal masjid ini disebut sebagai masjid nabawi, tapi payung-payungnya lagi kuncup entah kapan mekarnya. 

Berbeda dari kondisi luar, di dalam masjid, seriusan adem sampai bikin mau tidur. Basement-nya berlapis-lapis ada tempat wudu, ada madrasahnya juga, Komplit deh, jadi masjid ini lebih hidup dari dalam. Katanya di sini juga ada museumnya  juga tapi gak jelas sebelah mana. 

Kesan gue sih di sini, gak seimpresif lawang sewu. tampak masjidnya dirawat asal-asalan padahal beneran bagus kok desainnya. Masalah keuangan kali yak. 

Dok.pribadi

Dok.pribadi

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline