Lihat ke Halaman Asli

Tuhombowo Wau

TERVERIFIKASI

Kompasianer

Kemenkes Sibuk Urus Harga Rapid Test, Vaksin dan Obat Covid-19 Kapan Ditemukan?

Diperbarui: 13 Juli 2020   15:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tenaga medis dengan alat pemeriksaan cepat (rapid test) Covid-19 di tangannya | Gambar: KOMPAS.com/ ANTARA FOTO

Pada Januari lalu, saya pernah menulis sebuah artikel tentang bagaimana pemerintah Indonesia mau siap sedia mengambil langkah tepat dan terukur untuk mengendalikan penyebaran wabah Virus Corona (Covid-19).

Kala itu, negara terpapar belum sebanyak sekarang. Jumlahnya baru 13 negara. Antara lain China, Kanada, Jepang, Singapura, Malaysia, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, Amerika Serikat, Vietnam, Nepal, Perancis, dan Australia. Artinya Indonesia belum jadi negara terpapar.

Di antara sekian negara tadi, China merupakan pelapor kasus positif terbanyak. Jumlahnya mencapai 2.789 kasus, yakni 2.684 orang dirawat, 49 orang sembuh, dan 56 orang meninggal dunia. Sementara 12 negara lainnya melaporkan masing-masing 1 sampai 2 kasus.

Di artikel yang berjudul "Menanti Aksi Ilmuwan Indonesia terhadap Ancaman Virus Corona" (sila klik), saya menguraikan beberapa poin penting, pandangan saya, bahwa meskipun jumlah negara dan kasus positif terbilang sedikit, bukan berarti negara-negara lain yang masih 'bersih' (termasuk Indonesia) akan aman terus dari ancaman paparan. Semua negara harus waspada, mau bersikap dan bertindak serius.

Secara khusus untuk Indonesia, di saat sebagian besar warga optimis berlebihan tidak mungkin terjangkit wabah karena menganggap Covid-19 'enggan' hinggap di daerah tropis, saya menganjurkan agar pemerintah segera mengambil langkah.

Misalnya memperketat pintu keluar-masuk di perbatasan negara, baik itu di darat (terminal), laut (pelabuhan), maupun udara (bandara). Untuk sementara waktu, pergerakan orang yang mau masuk dan keluar wilayah Indonesia dibatasi.

Anjuran berikutnya yang menurut saya lebih penting lagi yaitu, pemerintah mesti bergerak aktif menemukan vaksin dan obat anti Covid-19, walaupun kasus positif belum ditemukan di dalam negeri.

Gerakan aktif yang dimaksud adalah menyediakan anggaran pembiayaan riset, bekerjasama dengan negara-negara lain, hingga membentuk tim khusus yang fokus mencari vaksin dan obat. Untuk pembentukan tim khusus, pemerintah bisa menghimpun para ilmuwan di berbagai universitas dan lembaga kesehatan.

Apakah pemerintah sudah menyediakan anggaran? Jawabannya: sudah! Bahkan tidak tanggung-tanggung, ratusan triliun rupiah. Sudahkah bekerjasama dengan negara lain? Belum ada kabar tentang hal itu. Lalu, bagaimana pula soal pembentukan dan konsolidasi tim khusus, apakah sudah dilakukan? Mungkin sudah, dan mungkin juga belum.

Soal tim khusus, saya mengatakan "sudah" dan "belum", sebab demikianlah fakta yang terjadi sekarang ini. Tim sudah ada, namun nyatanya terbentuk secara "independen" di tiap-tiap kampus dan lembaga (kementerian dan dinas).

Dan tim-tim independen tersebut pun dibiarkan saling berlomba tak karuan. Mungkin mau dilihat kampus dan lembaga mana yang paling cepat dan hebat. Akibatnya, terproduksilah yang namanya "Kalung Anti Corona", robot pelayan di rumah sakit, dan sebagainya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline