Mohon tunggu...
Tuhombowo Wau
Tuhombowo Wau Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

tuho.sakti@yahoo.co.uk

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kemenkes Sibuk Urus Harga Rapid Test, Vaksin dan Obat Covid-19 Kapan Ditemukan?

13 Juli 2020   15:18 Diperbarui: 13 Juli 2020   15:22 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tenaga medis dengan alat pemeriksaan cepat (rapid test) Covid-19 di tangannya | Gambar: KOMPAS.com/ ANTARA FOTO

Tegasnya, memang tidak ada pembentukan tim khusus yang didanai, diberi target, dan dikomandoi langsung oleh negara (pemerintah) untuk fokus menemukan vaksin dan obat Covid-19, seperti yang saya harapkan lewat artikel.

Padahal jika dipikir-pikir, anggaran ratusan triliun rupiah yang tersedia bisa dialokasikan bagi tim khusus, para ilmuwan yang punya tugas terarah dan terikat pada target. Tugas dan targetnya apa? Ya, sekali lagi, menemukan vaksin dan obat anti Covid-19. Maukah pemerintah Indonesia serius melakukannya?

Penemuan Vaksin dan Obat, Solusi Tepat Mengakhiri Wabah Covid-19 dan Penderitaan Warga

Saya menolak alat rapid test diperjualbelikan! Alat tersebut seharusnya diberikan cuma-cuma kepada seluruh warga. Bukankah ancaman terkena wabah Covid-19 bisa dialami berkali-kali oleh setiap orang? Sampai kapan dan berapa kali seseorang harus menjalani tes untuk berbagai keperluan?

Bagaimana mungkin wabah Covid-19 dijadikan kesempatan bisnis? Bagi mereka yang mampu membeli alat rapid test tentu tidak jadi masalah. Namun bagaimana dengan mereka yang tidak mampu, haruskah menanggung beban baru karena terpaksa mengeluarkan biaya tes yang jelas belum juga mengakhiri penderitaannya?

Mengapa pemerintah tidak menyediakan alat rapid test dalam jumlah cukup dan membagikannya kepada semua warga? Bagaimana mungkin Kementerian Kesehatan yang mestinya berlaku sebagai "nakhoda" untuk mengakhiri wabah malah cuma sibuk mengatur harga tertinggi alat rapid test di pasaran? Sila baca artikel KOMPAS.com berikut: "Tarif Tertinggi Rapid Test Rp 150.000, Mahal atau Murah?"

Apakah artinya pemerintah (dalam hal ini pihak Kementerian Kesehatan) sepakat agar wabah Covid-19 dipelihara untuk dijadikan kesempatan bisnis? Mengapa tidak mengurus penemuan vaksin dan obat anti Covid-19 saja?

Saya rasa, kalau memang wabah Covid-19 'terpaksa' dijadikan kesempatan bisnis, seharusnya yang diperjualbelikan itu adalah vaksin dan obat. Harganya pun wajib terjangkau (murah). Bukan alat rapid test!

Melalui tulisan ini, saya mau mengetuk hati nurani pemerintah agar lebih peka lagi terhadap penderitaan warga. Perlu diingat, wabah Covid-19 tidak hanya mengganggu kondisi kesehatan, tetapi juga telah memutus saluran rejeki. Banyak orang terkena PHK dan kehilangan penghasilan gara-gara wabah Covid-19.

Uang sejumlah Rp 150.000 tidak seberapa bagi para pejabat dan orang-orang kaya, namun amat berarti bagi mereka yang kurang mampu dalam menyambung hidupnya. Gratiskan biaya alat rapid test dan segera temukan vaksin dan obat Covid-19!

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun