Lihat ke Halaman Asli

Tripviana Hagnese

Bisnis, Penulis, Baker

[POJOK CURHAT] Mengapa Dimarahi Rasanya Sakit?

Diperbarui: 10 September 2025   08:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar Milik Tripviana Hagnese: [POJOK CURHAT] Mengapa Dimarahi Rasanya Sakit?

Pernahkah kamu merasa sesak, takut, atau ingin menangis ketika atasan, teman, atau bahkan orang tua marah-marah? Wajar. Perilaku agresif dan amarah adalah bentuk serangan verbal yang dapat menyakiti secara emosional. Kita mungkin merasa bingung, bersalah, atau bahkan marah balik. Yang paling sulit adalah, kita sering tidak tahu apakah respons kita salah, atau memang si pemarah yang bermasalah.

Memahami bahwa amarah seseorang seringkali berasal dari ketidakmampuan mereka mengelola emosi sendiri bisa sedikit membantu. Namun, itu tidak menghilangkan rasa sakitnya. Pertanyaannya, bagaimana kita bisa melindungi diri dari dampak psikologisnya tanpa harus lari?

Tips & Tricks: Menghadapi Si Pemarah

Berikut adalah beberapa sikap yang bisa kita ambil untuk menghadapi orang pemarah dengan bijak, di berbagai situasi.

1. Sikap Saat Dimarahi: Kunci Agar Tidak Terpancing

  • Jaga Jarak Emosional: Saat seseorang mulai marah, cobalah untuk tidak menganggapnya sebagai serangan pribadi. Ucapkan dalam hati, "Ini amarah dia, bukan amarahku." Hal ini akan membantumu tidak ikut emosi.
  • Tetap Tenang dan Jaga Suara: Jangan pernah membalas dengan amarah atau nada tinggi. Jika kamu terpancing, situasi akan makin memburuk. Bicaralah dengan nada yang stabil, bahkan sedikit lebih pelan dari biasanya.
  • Beri Ruang untuk Berpikir: Jika memungkinkan, ajaklah si pemarah untuk berhenti sejenak. Kamu bisa berkata, "Aku mengerti kamu marah, tapi aku rasa kita perlu waktu sebentar untuk menenangkan diri, baru kita bisa bicara lagi."

2. Menghadapi di Berbagai Situasi

  • Atasan atau Guru: Dengarkan dengan saksama apa yang ia katakan, terutama kritik yang mungkin membangun. Fokuslah pada solusi, bukan pada emosinya. Kamu bisa bertanya, "Apa yang bisa saya lakukan agar ini tidak terulang?" atau "Bagaimana cara terbaik menyelesaikan masalah ini?"
  • Teman atau Pasangan: Ini adalah hubungan yang sangat personal. Setelah emosi reda, bicarakan secara terbuka. Ungkapkan perasaanmu dengan kalimat "Aku merasa..." bukan "Kamu selalu...". Contohnya, "Aku merasa sedih ketika kamu marah seperti itu," daripada "Kamu jahat sekali karena sering marah."
  • Orang Tua: Menghadapi orang tua yang pemarah seringkali paling sulit karena adanya ikatan emosional dan rasa hormat. Cobalah untuk menjadi pendengar yang baik. Jika amarahnya tidak mereda, berikan ruang. Kamu bisa berkata, "Maaf, Ayah/Ibu. Aku akan kembali setelah semuanya tenang."

Dampak Psikologis: Luka yang Tak Terlihat

Sering terpapar amarah orang lain dapat berdampak buruk pada psikologi kita:

  • Kecemasan dan Ketakutan: Kamu mungkin akan merasa cemas saat berada di dekat orang tersebut, bahkan ketika ia sedang tidak marah. Ini bisa berkembang menjadi fobia sosial.
  • Rendah Diri: Dimarahi terus-menerus bisa membuat kita merasa tidak kompeten, bodoh, atau tidak berharga. Hal ini dapat merusak rasa percaya diri.
  • Masalah Kesehatan Fisik: Stres kronis akibat paparan amarah bisa memicu sakit kepala, masalah pencernaan, hingga gangguan tidur.

Jika kamu merasa dampak ini terlalu besar, jangan ragu untuk mencari dukungan dari teman, keluarga, atau bahkan profesional. Terapi bisa membantumu mengelola emosi dan membangun batasan yang sehat.

Ingat, kamu tidak bertanggung jawab atas amarah orang lain. Namun, kamu bertanggung jawab untuk menjaga kesehatan mentalmu sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline