Lihat ke Halaman Asli

Try Raharjo

Orang Republik

Mudik, Tradisi Luhur yang Patut Dilestarikan

Diperbarui: 11 Mei 2022   06:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Arus balik Lebaran H+4, kepadatan kendaraan terjadi di Jalan Sukajadi, Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (6/5/2022). | Dok. Kompas

Idul Fitri dirayakan oleh umat Islam di negara kita dengan cara yang istimewa. Tidak saja dirayakan pada hari H tapi juga pada hari-hari sesudahnya, bahkan di beberapa tempat suasana lebaran terasa hingga beberapa pekan setelah hari Idul Fitri.

Semaraknya perayaan Idul Fitri di tengah masyarakat kita biasa disebut juga dengan lebaran. Kata lebaran berasal dari bahasa Jawa yang memiliki arti yaitu sesudah, yang dalam konteks ini maksudnya adalah sesudah berpuasa dan juga sesudah saling memaafkan.

Pada masa lebaran, masyarakat kita banyak yang memanfaatkan kesempatan hari libur atau cuti kerja untuk mengunjungi orang tua, saudara, kerabat, dan juga sahabat.

Untuk itu beberapa hari sebelum tiba hari Idul Fitri banyak orang yang bekerja di kota memilih pulang ke kampung halaman, sehingga menjadikan sebuah tradisi yang disebut dengan mudik, atau pulang ke kampung (udik) masing-masing.

Tradisi mudik dalam kehidupan masyarakat di Indonesia tumbuh karena rasa cinta kepada eratnya hubungan persaudaraan dan juga persahabatan di antara kita. 

Ada kebutuhan untuk bertemu, bertegur sapa, dan saling bercerita serta bersenda gurau walaupun mungkin hanya sesaat. Walaupun bisa saja orang melakukan pertemuan secara virtual dengan alat komunikasi canggih yang tersedia pada masa kini, tapi kebutuhan untuk dapat saling bertemu itu untuk banyak di antara kita sering dirasakan tidak cukup bila terselenggara secara virtual melalui alat komunikasi yang ada.

Meskipun ada yang harus merogoh kantong lebih dalam untuk perjalanan pulang ke kampung halaman, hal itu untuk sebagian besar orang sepertinya tidak menjadi hambatan berarti. 

Semua rasa lelah juga seakan hilang begitu saja ketika para pemudik tiba di kampung halaman yang menjadi tujuannya.  

Senyuman dan pelukan hangat di antara anggota keluarga, sahabat, atau handai taulan, menjadi pemandangan yang sering kita temukan dalam berbagai pertemuan yang ada pada masa seperti ini.

Tradisi mudik tahunan yang telah hidup di tengah masyarakat kita pada berbagai lapisan sosial itu mencerminkan karakter bangsa Indonesia pada umumnya yang sangat menghargai nilai-nilai persaudaraan dan persahabatan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline