Essi 87 - Mengalir Sampai Jauh, Akhirnya ...
Tri Budhi Sastrio - Kasidi
Air mengalir sampai jauh akhirnya ke laut ... itulah
penggalan lirik harmoni nada
Ciptaan Gesang yang tidak hanya mendayu-dayu merdu
di seantero nusantara
Tetapi juga nun jauh di sana di negeri sakura tempat para
shogun berolah-rasa.
Sekarang lagu ini masih terus dilantunkan dengan penuh
antusias hanya saja
Sesuai dengan perkembangan terakhir prahara dan badai
di partai berkuasa
Lirik ini sering diubah menjadi 'uang mengalir sampai
jauh akhirnya masuk juga
Ke kocek elit partai berkuasa' yang kemudian sibuk
bersilat lidah dan berdusta ria.
Yang satu mengatakan tidak terlibat, yang lain
mengatakan tidak tahu apa-apa,
Pendek kata semua berlomba-lomba menunjukkan muka
dewa suci tanpa dosa
Bahkan yang sudah jelas-jelas koceknya sarat dengan
rampokan uang negara
Tetap saja dengan wajah tenang jual tampang di media
dan mantap berkata
Lho bagaimana bisa, saksi tak pernah, tersangka juga
tidak, apalagi terdakwa,
Jadi apa ada alasan saya tak lagi jadi ketua yang jelas
amanat anak bangsa?
Begitulah jadinya jika suara nurani dipendam dalam-
dalam guna kejar tahta
Yang tampaknya sudah di tangan kalau saja tak ada
prahara sang bendahara.
Ada dusta dalam kata-kata sang bendahara? Tentu saja
jawabnya ya dan ya
Hanya saja jika ada yang percaya bahwa semua kata-
katanya adalah dusta
Tentu saja akal sehat dan logika akan membahana
gemakan nada tak percaya
Bagaimana bisa semua kata-kata sang bendahara bohong
dan dusta belaka?
Pembohong dan pendusta memang ya tetapi bukankah
juga fakta dan realita
Satu demi satu rahasia yang terungkap tunjukkan bahwa
walaupun tak semua
Tetapi sebagian besar yang disampaikan benar adanya,
dan sebagai buktinya
Satu demi satu yang disebut mulai dijadikan tersangka
karena alat buktinya
Semakin terang benderang dan nyata, begitulah yang
dikatakan ketua KPK.
Lingkar tiga dan dua sang ketua mulai terbuka
jendelanya dan konsekwensinya
Similir angin sejuk pembawa kebenaran sudah bisa
masuk ke lingkar intinya
Tempat sang sutradara masih mencoba berlindung di
balik kata dan retorika.
Terus berdusta mungkin saja dapat menyelamatkan muka
tetapi berapa lama?
Tak pernah ada dusta hidup selamanya, juga mana ada
dusta tipu semuanya.
Dusta itu pasti sementara dan hanya segelintir orang yang
dapat diperdaya.
Selamanya pasti tidak bisa, tipu semua orang juga dah
pasti tak mungkin bisa.
Karenanya ... wahai ketua partai berkuasa ... mengapa
tidak sekarang saja
Anda tampil ke depan media dan akui saja semuanya ...
yang cemooh Anda
Tentu saja akan sangat banyak luar biasa, tetapi
memangnya saat ini angka
Pencemooh tidak meroket luar biasa? Jumlahnya besar
dan ada di mana-mana.
Di non-aktifkan dari jabatan ketua? Memangnya suatu
ketika tidak akan ke sana?
Kalau jendela putri Indonesia terkuak lebar menganga
bukankah di dalamnya
Akan terlihat dengan jelas siapa sang penadah utama
rampokan uang negara?
Lalu bagaimana kesempatan menduduki tahta utama
negara pujaan bangsa?
Ha ... ha ... ha ... memangnya dengan dusta yang
dilakukan harapan itu ada?
Yang akan terjadi nanti memang masih misteri dan
rahasia yang mahakuasa
Tetapi logika dan akal sehat orang nan sederhana
biasanya selalu berterima
Dengan karsa yang kuasa, maka akhirilah dusta
sampaikan kebenaran saja,
Tak perlu lagi repot-repot rekayasa pergoki pertemuan
tengah malam buta
Toh untuk apa? Alihkan perhatian? Ah ... memangnya
kami orang sederhana
Goblok semua? Beli migas ke pertamina eh ... kami ini
cerdas dan tidak buta.
Essi 87 - tbs/kas -- SDA10022012 -- 087853451949
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI