Lihat ke Halaman Asli

Supartono JW

Pengamat dan Praktisi

Gagal Menjinakkan Attitude Pemain Timnas, STy Tidak Pakai Pedagogi ala Indra, Fakhri, dan Bima?

Diperbarui: 3 Januari 2023   10:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Pribadi

Perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotor anak sampai orang dewasa akan terus bermasalah bila diampu oleh orang yang salah. (Supartono JW.03012022)

Karakter bebal pemain Timnas Indonesia di Piala AFF 2022, apakah hasil dari proses pembinaan sepak bola akar rumput Indonesia? Apakah hasil dari kompetisi di liga Indonesia? Jawabnya, ada yang ya. 

Ada yang tidak.Tetapi, publik bisa saja menelusuri setiap pemain yang masih bebal, awalnya dididik sepak bola di mana? Apakah sejak berlatih sepak bola, mereka disentuh bagian otaknya? Di sentuh bagian kepribadiannya? Atau hanya dididik bagian teknik dan fisiknya (speed)?

Jawabnya, saya yakin para pemain yang kini berada di Timnas tentu sudah ada yang menyentuh dan mendidik bagian otak, kepribadian, teknik, dan fisik (TIPS) secara lengkap. Jawabnya juga, pasti ada hanya disentuh bagian tekniknya. Tetapi, juga dapat dipastikan, selama proses, sentuhan pendidikan yang mengarah ke kecerdasan otak, kecerdasan kepribadian hanya tempelan, karena para pendidiknya juga pasti tidak kompeten karena tidak paham dan bukan bidangnya.

Mendidik teknik dan fisik pun juga sekadar tempelan karena tidak kompeten dan profesional di bidangnya. Sehingga, kini di panggung Timnas, publik dapat melihat betapa gagalnya proses pendidikan, pelatihan, dan pembinaan sepak bola di Indonesia.

Timnas adalah tolok ukur keberhasilan sepak bola di suatu negara. Dan, kini publik sepak bola nasional dapat menyaksikan betapa gagalnya Timnas Indonesia bila dilihat dari fakta bebalnya para pemain dalam segi TIPS.

Wahai pemerintah melalui stakeholder terkait dan PSSI, apakah dalam perhelatan Piala AFF 2022, dalam empat laga Timnas yang telah dilalui, kalian tidak melihat dan tidak tergerak dengan kondisi pemain Indonesia yang terus mempermalukan diri dan mempermalukan Indonesia?

STy gagal dalam pedagogi

Atas empat penampilan terbaru Timnas Indonesia di Piala AFF 2022, saya simpulkan pelatih sekaliber Shin Tae-yong (STy) ternyata masih gagal dalam hal pedagogi. STy saya pikir tidak mumpuni dalam mengentaskan aspek kognitif dan afektif, tapi hanya mampu di aspek motorik.

Sebab, yang dihadapi STy bukan pemain Korea Selatan yang mumpuni dalam TIPS. Tetapi STy mengampu pemain Indonesia, yang pondasi TIPSnya gagal sejak sepak bola akar rumput hingga klub.

Saya yakin, STy memahami konsep tentang kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dikenal dengan Taksonomi Bloom sejak 1956. Benjamin Bloom adalah seorang psikolog bidang pendidikan yang meneliti dan mengembangkan mengenai kemampuan berpikir seseorang dalam suatu proses pembelajaran.

Dalam proses, setiap tahap perkembangan anak di dalam dunia pendidikan, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan karena menjadi acuan untuk menilai sejauh mana kemajuan perkembangan anak tersebut. Faktor- faktor yang penting tersebut adalah aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline