Lihat ke Halaman Asli

Supartono JW

Pengamat dan Praktisi

Menerka Praktik Pengalihan Isu di +62

Diperbarui: 10 Mei 2021   08:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Tribunnews.com

Bila coba kita terka, kira-kira sebenarnya skenario apa yang sedang dimainkan di negeri ini? Masalah terus datang hilir mudik dan silih berganti. Muncul masalah atau kasus A, lalu dihantam dengan kasus B. Kasus A belum kelar, kasus B meruncing, diluncurkan masalah C.

Apakah semua masalah dan kasus-kasus yang terjadi memang mengalir begitu saja? Bukan karena memang sengaja dicipta demi menutup kasus-kasus besar, terutama yang menjerat elite partai di pemerintahan maupun parlemen?

Benarkah hanya skenario

Karenanya, berbagai pihak pun kini berpikir bahwa cara-cara yang sedang ditempuh rezim adalah jualan pengalihan isu. Benarkah hanya skenario?

Fakta bahwa banyak masalah dan kasus yang menumpuk di parlemen maupun pemerintahan, tapi dimunculkan kasus larangan mudik.

Otomatis, opini publik atau masyarakat kini terus terjerembab pada persoalan mudik. Media massa yang menjadi corong rezim pun terus membombardir pikiran rakyat dengan tayangan dan berita yang melingkar-lingkar soal larangan mudik yang menjadi bermasalah, diciptakan agar menjadi pro dan kontra.

Sekali dayung banyak pulau dilampaui. Kasus-kasus besar jadi tenggelam, larangan mudik pun jadi cara rezim untuk siap-siap agar tak disalahkan bila terjadi lonjakan corona. Rakyat jadi sibuk mikirin bagaimana caranya bisa lolos mudik dan terus berkutat pada mudik dan mudik.

Lalu, saat bersamaan juga ada kasus pelemahan KPK, pemecatan pegawai KPK, ada masalah dalam test kebangsaan dll, lalu dihantam dengan berita kedatangan WN China.

Opini publik pun bergeser mikirin inkonsistensi pemerintah. Saat larangan mudik terus berlaku, rakyat pribumi malah diburu dan disuruh putar balik, berita WN China melenggang lagi masuk Indonesia naik lagi.

Masalah KPK masih bergulir. Masalah WN China jadi perbincangan semua pihak. Tiba-tiba muncul Bipang (Babi Panggang) di tengah masyarakat yang sudah kecewa dengan larangan mudik, pelemahan KPK, Omnibus Law, SKB tiga menteri tentang seragam, kenaikan iuran BPJS, gelombang korupsi dan oligarki.

Di mana rasionalnya, seorang pemimpin negara malah membuat keruh suasana dengan promosi kuliner makanan yang haram bagi umat muslim di tengah umat muslim menjalankan ibadah Ramadhan dan menyambut Idul Fitri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline