Lihat ke Halaman Asli

Tonny Syiariel

TERVERIFIKASI

Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Manado Memang Bukan "Menang Nampang Doang"

Diperbarui: 16 Januari 2022   13:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jembatan Soekarno di waktu malam. Sumber: dokumentasi pribadi

Pesawat Wings Air jenis ATR 72 itu mulai melakukan manuver di tengah gumpalan awan tebal jelang mendarat di Bandara Internasional Sam Ratulangi- Manado. Dari balik jendela, pemandangan khas perkebunan kelapa sudah mulai terlihat. Kota Manado sudah di depan mata! 

Setelah mendapat posisi yang tepat, pesawat berbaling-baling itu pun mendarat dengan cukup keras. Pendaratan keras alias hard landing boleh jadi pilihan yang tepat saat itu. Selain kondisi bandara yang sedang basah, bandara ini memang termasuk salah satu bandara yang sulit didarati ketika cuaca sedang tidak bersahabat.

Pesawat kami yang sukses mendarat di atas bandara yang basah. Sumber: dokumentasi pribadi

Di era pandemi Covid-19 ini, bandara Sam Ratulangi menerapkan aturan protokol kesehatan berbeda. Setidaknya, begitulah pengalaman sendiri ketika mendarat di sana setelah penerbangan singkat dari Ternate pada medio Desember 2021 lalu. Berbeda bagaimana?

Semua penumpang yang baru tiba diwajibkan melakukan lagi Rapid Test Antigen di area kedatangan bandara. Sekalipun semua penumpang sebetulnya sudah mengantongi Surat Keterangan Hasil Negatif Rapid Test Antigen sebagai syarat terbang. Untung saja Test Antigen ini diberikan gratis. Itupun sudah kerap menuai protes. :)

Manado adalah salah satu kota yang sangat terkenal di wilayah Indonesia Timur. Ibu kota Provinsi Sulawesi Utara ini diperkirakan telah didiami sejak abad ke-16. Nama Manado sendiri, yang kadang diplesetin sebagai akronim dari "Menang Nampang Doang" mulai digunakan pada tahun 1623 menggantikan nama Wenang. Dalam bahasa Minahasa, Mana rou atau Mana dou artinya "Di jauh".

Mercursuar Merah di dekat Jembatan Soekarno- Manado. Sumber : dokumentasi pribadi

Sejatinya, kota dengan populasi hampir setengah juta penduduk ini telah populer di antara bangsa-bangsa Eropa sejak zaman dulu. Adalah areal perkebunan kelapa yang luas di wilayah ini yang pernah mengangkat pamor provinsi Sulawesi Utara sehingga dijuluki "Bumi Nyiur Melambai".

Di era modern, nama Manado malah kian kondang ke seluruh dunia. Apalagi kalau bukan Taman Nasional Bunaken yang disebut-sebut sebagai surga para pecinta selam di dunia. 

Bunaken yang terletak di Segitiga Terumbu Karang itu menjadi habitat bagi 390 spesies terumbu karang dan berbagai spesies ikan, moluska, dan lain-lain.

Senja di dermaga Cocotinos Dive Resort yang menghadap ke arah Taman Laut Bunaken. Sumber: dokumentasi pribadi

Namun, Manado bukan hanya tentang Bunaken. Sebagai salah satu destinasi wisata ternama di wilayah timur Indonesia, Manado (baca: Sulawesi Utara) juga memiliki berbagai objek wisata berkelas dunia lainnya. Satu di antaranya adalah Likupang yang hanya berjarak sekitar 48 km di utara kota Manado.

Likupang bahkan disebut sebagai surga tersembunyi di Sulawesi Utara. Dan boleh jadi itu sebabnya, Likupang pun ditetapkan sebagai satu dari Lima Destinasi Wisata Super Prioritas di Indonesia. Pembangunan infrastruktur di kawasan ini pun terus digenjot. Mulai dari jalan, dermaga hingga berbagai fasilitas pendukung lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline