Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Untuk Dapat Menahan Diri Perlu Proses Pembelajaran Diri

Diperbarui: 25 Oktober 2017   20:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto dokumentasi pribadi /di Kalgoorlie 25 Oktober 2017


Menahan Diri Bukan Suatu Hal Yang Mudah

Meahan diri bukan hanya dalam hal berpuasa. Tapi disepanjang perjalanan hidup ini,sudah tidak terhitung kalinya,kita harus menahan diri

Umpamanya:
menahan diri dari rasa lapar
menahan diri dari rasa haus
menahan diri dari rasa sakit
menahan diri dari kekecewaan
menahan diri dari kerinduan
menahan diri dari kesedihan
menahan diri dari hinaan
menahan diri dari ketidak adilan
menahan diri dari pelecehan
dan seterusnya

Masing Masing Memiliki Cita Rasa Sakit Yang Berbeda

Dalam setiap kosa kata "menahan" pasti terkandung rasa sakit. Namun ibarat nada pada lagu,yang memiliki tangga nada dan warna tersendiri,begitu juga dengan rasa sakit yang tercipta akibat menahan diri. Semisalnya,menahan rasa lapar,pasti  cita rasa sakitnya berbeda dengan rasa sakit yang diakibatkan kehausan ,ketika berada di Padang Pasir. Rasa sakit akibat menahan kehausan,pasti akan jauh lebih tinggi,dibandingkan dengan rasa sakit akibat menahan lapar. Dan saya sudah merasakan kedua duanya,dalam perjalanan hidup saya.

Belajar Menahan Diri Membuat Kita Kuat

Belajar menahan diri dalam segala hal,adalah ibarat berada dalam proses pembentukan sikap mental .Terlempar kesana kemari. Terseot seot menahan rasa sakit,yang bisa datang darimana saja,membuat kita mengalami penggodokan sikap mental. Bila kita tabah dan tidak pernah menyerah,akan menjadikan kita kuat menghadapi berbagai masalah hidup yang menerpa kita. Mampu bertahan dalam kedinginan yang membeku dan dapat bertahan terhadap teriknya mentari kehidupan yang dapat menghanguskan .

Namun butuh waktu dan perjalanan panjang,untuk mencapai aktualisasi diri. Perlu belajar sejak sedini mungkin dan diawali dengan hal hal yang tampak sepele dan tak berarti. Karena bilamana untuk menghadapi masalah kecil saja,orang sudah menyerah,maka mustahil akan mampu bertahan dalam menghadapi hal hal yang menyangkut harkat hidup.

Caranya adalah dengan berusaha menerima kenyataan,bahwa ada begitu banyak hal yang terjadi ,tidak sesuai dengan harapan kita. Memahami bahwa jangan meletakkan harapan terlalu tinggi pada seseorang,karena semakin tinggi kita berharap,maka semakin besar kemungkinan akan kecewa. Memahami secara mendasar,bahwa suatu waktu,siapapun akan kehilangan panggungnya,termasuk diri kita sendiri. Bahwa bukan hanya kerajaan yang memiliki masa masa keemasan,tapi juga orang perorang secara pribadi.

Hal ini amat penting dan seharusnya dijadikan bagian dari falsafah hidup kita,bahwa suatu waktu ,kita akan kehilangan panggung.Suatu saat ,semua mata tertuju kepada kita dan dimana mana kita hadir akan disambut dengan antusias.Tapi harus disadari,bahwa ketika sampai waktunya,maka kehadiran kita,tidak lagi diperhitungkan orang. Kalau kita sudah mempersiapkan diri,maka kita tidak perlu lagi menahan rasa kekecewaan!

Tjiptadinata Effendi




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline